REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Ancaman bencana tanah longsor di Kota dan Kabupaten Malang cukup tinggi. Terlebih didaerah yang berdekatan dengan sempadan sungai.
Geosaintis Universitas Brawijaya Malang, Adi Susilo, mengatakan potensi tanah longsor di Kota dan Kabupaten Malang cukup tinggi mengingat tekstur tanah di Malang Raya yang berasal dari sedimen lahar gunung berapi yang berada di wilayah timur Malang Raya.
"Tekstur tanah masih muda, kami melakukan penelitian banyak daerah yang memiliki bidang gelincir di Malang Raya," kata Adi Susilo saat dihubungi Republika, Senin (22/12).
Adi menjelaskan tanah longsor di Indonesia 80% karena angin dan hujan. Sedangan 20% karena gempa bumi dan gunung meletus.
Adi mengatakan untuk mitigasi yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi risiko longsor. Pemukiman harus dipindahkan di daerah yang memiliki bidang tanah yang lunak dan memiliki bidang gelincir yang tinggi.
"Tapi biasanya warga tidak mau pindah jika belum terjadi, maka harus ada sosialisasi dari pemerintah dan bantuan dari Universitas untuk edukasi mitigasi bencana longsor," kata Adi.
Adi mengatakan di daerah Malang sebelah utara juga memiliki tekstur tanah yang labil. Karena kepadatan tanahnya masih muda. Adi mengatakan warga sebaiknya berhati-hati terlebih dimusim hujan seperti sekarang ini. Tanah menjadi lunak karena endapan tanah terkikis air hujan.
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang mencatat, ada 23 titik rawan longsor yang tersebar di lima kecamatan di Kota Malang.
“Saat musim hujan, bahaya longsor mengancam warga yang tinggal di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Brantas,” kata Plt Kepala BPBD Kota Malang, J Hartono.
Lima kecamatan yang rawan longsor antara lain : Kecamatan Sukun dan Kedungkandang, masing-masing terdapat 7 titik rawan longsor. Kecamatan Blimbing 4 titik, Klojen 3 titik dan Kecamatan Lowokwaru ada 2 titikr.