REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama memiliki satuan khusus bernama "Densus 99 Asmaul Husna" yang disiapkan untuk menangkal gerakan radikal hingga tingkat desa.
"Densus 99 Asmaul Husna memang satuan khusus yang kami siapkan khusus untuk melakukan 'counter' gerakan radikalisme," kata Kepala Satuan Koordinasi Nasional Banser Alfa Isnaeni di Semarang, Sabtu Malam.
Hal itu diungkapkannya di sela Kursus Pelatih (Suspelat) II Satuan Koordinasi Wilayah Banser Jawa Tengah bertema "Menuju Pelatih Yang Profesional" di Kantor Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jateng, Semarang.
Alfa menyebutkan setiap satkor wilayah Banser provinsi setidaknya memiliki 9-15 personel Densus 99 Asmaul Husna, tingkat kabupaten/kota ada 7-9 personel, kecamatan 5-7 personel, dan desa ada 3-5 personel.
"Dari kerja masif Densus, sudah ada beberapa titik yang laporan ke kami, di antaranya Lamongan, Jawa Timur. Beberapa hari lalu, dari Banyuwangi, kemudian Malang, Kediri, dan sebagainya," ucapnya.
Menanggapi laporan itu, ia mengatakan Banser sudah melakukan langkah tindak lanjut, yakni melakukan pendekatan pada masyarakat karena gerakan-gerakan yang dilaporkan itu sifatnya memprovokasi massa.
"Karena sifatnya memprovokasi, kami dekati masyarakat, bagaimana sesungguhnya, dan sebagainya. Namun, kalau sifatnya harus dikoordinasikan dengan aparat, sesegera mungkin kami koordinasikan," tegasnya.
Dari laporan adanya gerakan radikal di daerah, ia mengatakan sejauh ini diindikasikan menyebarkan provokasi, tetapi untuk menyebut apa dan siapa gerakan itu merupakan ranah dari aparat berwenang.
Makanya, ia menegaskan Banser selalu melakukan koordinasi dalam melakukan setiap langkahnya dengan aparat berwenang, yakni Polri dan TNI karena dua institusi itu selaku alat kelengkapan negara.
Densus 99 Asmaul Husna, kata dia, bergerak secara masif mencari informasi, sehingga persoalan yang terjadi di tingkat bawah selalu tercover dan pimpinan bisa mengambil langkah sesuai kapasitasnya. "Kalau kapasitasnya nasional, ya, sebagaimana saya sampaikan. Namun, kalau lokalitas daerah kan beda-beda. Kalau dulu sering disebut deradikalisasi, sekarang 'counter' radikalisme," tegas Alfa.