REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat dan Inggris menutup kedutaan besarnya di Yaman, Selasa (10/2). Departemen Luar Negeri AS mengonfirmasi penutupan kedutaan karena krisis politik dan situasi keamanan yang tak bisa diprediksi.
Yaman masih diterpa gelombang ancaman dari kelompok pemberontak Shiite. Deplu mengumumkan mereka telah menunda kegiatan di kedutaan di Sanaa dan merelokasi personil diplomatik yang masih tersisa. Dalam pernyataan, AS meminta pemerintah Turki menjaga karyawan yang masih tinggal.
Kedutaan hanya mengoperasikan staf utama untuk beberapa pekan dalam kondisi yang tidak menentu. Meski ditutup, operasi melawan terorisme Alkaidah tidak akan terpengaruh. "AS berkomitmen mendukung masyarakat Yaman yang berjuang untuk kedamaian, kesejahteraan dan persatuan Yaman," kata juru bicara Deplu, Jen Psaki.
Menurut dia, pengembalian staf ke Sanaa akan dipertimbangkan ketika situasi telah membaik. Psaki mengatakan jumlah staf kedutaan secara bertahap dipulangkan.
Menurutnya keamanan mereka adalah prioritas utama. "Kita mengambil langkah untuk memastikan bahwa kita melakukan yang kita bisa untuk melindungi mereka," kata Psaki, dilansir AP, Rabu (11/2).
Yaman adalah rumah kelompok radikal Alkaidah di semenanjung Arab. Setelah bertahun-tahun krisis, kondisi keamanan masih tidak bisa dikatakan membaik.
Salah satu pejabat AS mengatakan 100 pasukan marinir telah membantu menjaga keamanan di kedutaan. Pejabat lain mengatakan kapal tempur amfibi Angkatan Laut dan USS Iwo Jima telah berada di Laut Merah di lepas pantai Yaman.