Senin 16 Feb 2015 10:16 WIB

Kenakalan Remaja Akibat Kurangnya Perhatian Pemerintah

Rep: c 94/ Red: Indah Wulandari
Sejumlah santri korban penyalagunaan narkotika dan kenakalan remaja berzikir dalam rangka memperbaiki diri.
Foto: Republika/Imam Budi Utomo
Sejumlah santri korban penyalagunaan narkotika dan kenakalan remaja berzikir dalam rangka memperbaiki diri.

REPUBLIKA.CO.ID,CIBINONG--Maraknya aksi balap liar yang hampir ada di seluruh daerah Indonesia dinilai sebagai cermin pemerintah yang lemah dalam memperhatikan generasi muda.

“Sangat memprihatinkan. Pemerintah harus serius dalam menangapi kasus seperti ini. Sebab, kondisi ini sudah cukup membahayakan sama seperti Narkotika,” kata kriminolog Universitas Indonesia Bambang Widodo Umar, Senin (16/2).

Bambang menjelaskan munculnya kenakalan pada remaja ditimbulkan oleh beberapa hal. Di antaranya karena pendidikan formal di sekolah belum sampai menjangkau pada lingkungan anak. Sedangkan pendidikan non formal oleh lembaga-lembanga sosial di  luar sekolah masih terbatas.

“Sehingga anak dan remaja yang semestinya ditampung dalam kegiatan ekstrakurikuler, waktunya kosong.  Sedangkan, kekosongan waktu ini tidak diisi pula oleh Kemenpora,”ungkapnya.

Bambang menilai, lemahnya koordinasi antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kemenpora dalam menjangkau anak, remaja, dan pemuda, khususnya terhadap penyimpangan belum terarah. 

Menurutnya, Kemenpora harus ikut menangani permasalahan kenakalan pada remaja dan pemuda. “Istilahnya kata pemuda itu mengharuskan kementrian ini turut membuat program dan jangan hanya mengurusi PSSI saja. Sebab masalah ini sungguh sangat serius,”ujarnya.

Pengamat kepolisian ini pun mengatakan, banyak beban yang ditanggung pihak kepolisian soal kenakalan remaja ini. Sehingga, lanjut Bambang, upaya penindakan yang sering dilakukan tidak akan menyelesaikan masalah.

“Penindakan oleh polisi itu dampaknya sangat kecil karena kenakalan remaja sudah kompleks,”katanya.

Ia pun mengimbau agar orang tua harus lebih selektif dalam memenuhi keinginan anak. Sehingga, memberikan motor bukan sekadar untuk bermain, melainkan memenuhi fungsinya dengan tujuan pendidikan.

“Jangan menjadikan anak sebagai objek yang selalu disalahkan.  Imbauan dan aturan yang serius harus dibuat pemerintah dalam mencegah generasi muda yang kurang baik,”katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement