Senin 16 Feb 2015 14:04 WIB
Gugatan BG Dikabulkan

Pengacara Senior: Tafsir Hakim Sarpin Sesat

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Hakim Sarpin Rizaldi memimpin sidang praperadilan Komjen Budi Gunawan kepada KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jakarta, Senin (2/2).(Republika/ Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Hakim Sarpin Rizaldi memimpin sidang praperadilan Komjen Budi Gunawan kepada KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jakarta, Senin (2/2).(Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan mengabulkan gugatan praperadilan Komjen Budi Gunawan. Hakim tunggal Sarpin Rizaldi menilai, penetapan tersangka Kepala Lembaga Pendidikan Kepolisian (Lemdikpol) tidak sah.

Menurut advokat senior Nursyahbani Katjasungkana, pertimbangan yang digunakan hakim Sarpin bahwa saat itu Budi bukan penyelenggara negara adalah tidak tepat. Meski Karo Binkar adalah jabatan administrasi di Mabes Polri, tetapi pejabatnya merupakan penyelenggara negara.

"Itu sesuai Undang-Undang KPK toh, ini saya kira penafsiran yang sesat dari pengadilan mengenai penyelenggara negara," katanya di gedung KPK, Senin (16/2).

Nursyahbani mengatakan, ke depan pasti akan banyak yang mengajukan gugatan praperadilan terkait penetapan tersangkanya. Bukan hanya tersangka korupsi, tetapi tersangka di kepolisian dan kejaksaan juga akan mengajukan gugatan praperadilan. Sebab, kata dia, semua akan merasa bahwa penetapan tersangka masuk dalam obyek praperadilan.

Menurutnya, dikabulkannya gugatan praperadilan ini membuat lembaga antikorupsi ini lumpuh. Kemenangan praperadilan yang diajukan mantan ajudan Megawati Soekarnoputri itu menjadi preseden buruk bagi penegakan hukum di Indonesia. "Ini benar-benar kemenangan bagi koruptor," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement