Selasa 17 Feb 2015 19:14 WIB

Ditjen Pajak: Seperti Istri Sah, Masak Laporan Bukti Dana Diumpet-umpetin

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ditjen Pajak, Kemenkeu.
Ditjen Pajak, Kemenkeu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Direktorat Jenderal Pajak Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menerbitkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak (Perdirjen) Nomor PER-01/PJ 2015 tentang tata cara pemotongan pajak bunga deposito dan tabungan. Dengan peraturan ini, setiap bank harus menyerahkan bukti potong secara rinci setiap nasabah. Peraturan tersebut  diprediksi dapat memicu capital outflow.

Direktur Transformasi Proses Bisnis Direktorat Jenderal Pajak Wahju Tumakaka mengaku sudah mendengar rumor bahwa modal-modal yang ada di bank Indonesia dalam bentuk deposito bakal pindah secara masif ke luar negeri akibat kebijakan ini. Wahju mengatakan, jika nasabah melakukan hal tersebut justru dapat memunculkan indikasi bahwa uang deposito yang dimilikinya adalah "uang haram".

"PPATK justru bakal curiga karena berbau money laundering (pencucian uang). Apalagi ini deposito," kata Wahju kepada Republika, Selasa (17/2).

Seharusnya, kata dia, nasabah tidak perlu merasa khawatir kalau memang uang deposito atau tabungan yang dimilikinya memang benar-benar uang yang diperoleh secara benar.

"Tidak perlu takut kalau dana itu adalah dana yang legitimate. Masa "istri" yang sah diumpet-umpetin," ungkap dia.

Dia meyakini peraturan ini tidak akan memicu capital outflow di perbankan domestik. Sebab, bank-bank di luar negeri juga memiliki persyaratan ketat. Tidak serta merta uang yang masuk dalam jumlah besar bisa langsung diterima.

"Banyak negara sudah menggalakkan anti money laundering. Kalau ada uang masuk secara mendadak dalam jumlah besar, pasti akan ditanya uang apa. Tidak semudah itu," ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement