REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Firman Noor menilai alasan Jokowi yang urung melantik BG karena takut kehilangan modal politiknya. Hal ini terkait basis dukungan Jokowi yang berasal dari massa rakyat.
Firman menyatakan Jokowi adalah figur yang lahir bukan dari produk kaderisasi partai. Namun, Jokowi justru lahir dari massa rakyat non partai. Jokowi, kata firman, tahu betul modal politik dia berasal dari sini.
Jadi wajar jika Jokowi membatalkan pelantikan BG menjadi Kapolri. Ini, kata dia, sesuai suara publik yang mayoritas menolak BG dilantik jadi Kapolri. “ Jokowi ingin menjaga betul modal politiknya ini,” kata Firman di Jakarta, Rabu (18/2).
Menurut pandangan Firman, sikap yang diambil Jokowi saat ini sudah tepat. Dia menyatakan secara posisi di internal PDIP Jokowi tak terlalu kuat. Kalau dia tetap mengambil sikap selalu menuruti internal partai, Jokowi akan selalu berada di bawah bayang bayang partainya.
Sedangkan, kata dia, dengan mengambil sikap membatalkan pelantikan BG, dirinya cenderung bisa lebih bebas bergerak secara politik. Ini karena dari massa rakyat tak ada figur seeperti Megawati yang selalu membayangi dirinya.
Pada Rabu (18/2) sekitar pukul 14.10 WIB Jokowi mengambil keputusan terkait status Budi Gunawan. Jokowi akhirnya membatalkan Budi Gunawan menjadi Calon Kapolri. Nama Badrodin Haiti akhirnya menggantikan posisi Budi Gunawan untuk menjadi calon Kapolri
Selain terkait putusan Kapolri, Jokowi juga memutuskan untuk memberhentikan secara sementara Abraham Samad dan juga Bambang Widjoyanto. Selanjutnya untuk mengisi kekosongan yang ada, presiden menunjuk tiga nama untuk menjadi Plt KPK. Nama tersebut yakni Taufiequrachman Ruki, Johan Budi Sp, Indriyanto Seno Adji.