REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Ancaman boikot pemerintah Australia di bidang pariwisata dinilai tidak akan dijalankan secara tegas.
“Mungkin mereka akan boikot Indonesia, tapi tetap datang ke Bali karena tidak tahu Bali itu bagian dari Indonesia,” ungkap Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Yunahar Ilyas, Kamis (19/2).
Menurutnya, banyak warga Australia yang tidak mengetahui pulau Bali berada di Indonesia. Kalaupun benar akan membatasi wisatawan untuk datang ke Bali, tambah dia, Bali tidak akan rugi dan wisatawannya tidak akan pernah berkurang.
Ia pun menilai Bali merupakan tempat liburan paling potensial bagi warga Australia hingga boikot akan sangat sulit dilakukan.
“Jaraknya dekat hanya tujuh jam, bahkan dari Darwin hanya empat jam, belum lagi biaya hidup murah, bisa selancar dan macam-macam,” kata dia.
Menurut Yunahar, ancaman apapun tidak akan mengubah keputusan Indonesia atas hukuman mati terpidana kasus narkoba Bali Nine. Apalagi Abbot juga menyindir agar Indonesia mengingat bantuan Australia saat tsunami 2004 silam.
“Kita negara merdeka dan akan menerima bantuan dari negara manapun asal tidak mengurangi kemerdekaan, kalau kita menerima bantuan tapi mengurangi kemerdekaan, lebih baik tidak usah diterima bantuannya,” jelasnya.