REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Warga Sukabumi diimbau tidak memberikan uang kepada para pengemis. Alasannya, selain tidak mendidik, juga menyulitkan Pemerintah Kota Sukabumi menanggulangi pengemis.
"Salah satu cara untuk menghentikan aktivitas gelandangan dan pengemis adalah masyarakat tidak memberi uang, apabila ingin menyumbangkan sebagian rizkinya lebih baik kepada anak yatim atau jompo yang tidak memiliki penghasilan," kata Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Sukabumi, Deden Solehudin kepada Antara di Sukabumi, Selasa (3/3).
Menurutnya, Pemkot Sukabumi belum mengetahui pasti jumlah pengemis dan gelandangan. Sebab, saat ini pemkot sedang melakukan penjaringan dan pendataan agar mendapatkan data yang valid, lengkap dengan nama, usia dan alamatnya.
Sedangkan jumlah gepeng di Kota Sukabumi hingga 2013 yang lalu mencapai 296 orang, termasuk para pengemis di bawah umur. Maraknya keberadaan pengemis di Sukabumi, tidak lepas dari masyarakat yang masih iba dengan pengemis yang berpura-pura kesusahan.
Padahal, pendapatan dari setiap mengemisnya melebihi gaji dari seorang pejabat di lingkungkan pemkot, bahkan beberapa pengakuan pengemis ada yang berpenghasilan hingga Rp 300 ribu per hari. "Kami harap masyarakat tidak ada rasa iba lagi kepada pengemis sebagai bentuk pembelajaran, karena mayoritas pengemis dan gelandangan masih berusia produktif bahkan lengkap dan sehat panca inderanya," tambahnya.