REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pemerintah Irak marah ISIS hancurkan patung Nimrud yang berdiri sejak abad 13 sebelum masehi. Tidak hanya pemerintah Irak, Kepala badan budaya PBB juga ikut mengutuk penghancuran patung itu. Bahkan badan budaya PBB klaim tindakan ISIS sebagai kejahatan perang.
Arkeolog Irak, Lamia al Gailani mengatakan, ISIS berupaya menghapus jejak sejarah Irak. ISIS menghancurkan patung Nimrud yang terletak di sungai tigris, sekitar 30 kilometer (18 mil) selatan-timur dari Mosul.
“Mereka (ISIS) telah menghapus sejarah Irak,” ujar Lamia al Gailani yang dikutip BBC, Sabtu (7/3)
Kata Gailani, banyak artefak yang belum dipindahkan dari sungai Tigris ke museum Baghdad. Bahkan artefak dari luar negeri pun masih banyak di sana. Seperti relief-relief dan patung-patung sapi jantan bersayap yang terkenal. Dari informasi yang Gailani peroleh, ISIS Tidak hanya menghancurkan benda bersejarah, bahkan menjualnya untuk sumber pendapatan.
Kementerian pariwisata dan barang antik Irak mengatakan, ISIS meratakan lokasi bersejarah dengan alat berat. Ia meminta presiden Irak untuk segera berkoordinasi dengan PBB membahas perlindungan warisan budaya di Irak.
Kepala badan Kebudayaan Unesco, Iriana Bokova mengatakan penghancuran patun Nimrud secara tidak langsung sudah menyerang masyarakat Irak. Dengan tegas Bokova mengutuk serangan itu. Menurutnya, benda bersejarah Irak tidak ada kaitannya dengan politik dan agama. Tapi tindakan itu sudah merusak warisan budaya umat manusia.
“Nimrud tidak ada kaitannya dengan politik dan agama. Nimrud hanya warisan budaya manusia. Merusaknya berarti merusak warisan budaya manusia,” kata Iriana Bokova
ISIS berhasil menguasai Mosul, kota terbesar kedua di Irak sejak Juni 2014. Hampir 1.800 dari 12 ribu situs arkeolog terdaftar di wilayah itu. Untuk merebut Mosul dari ISIS, militer Irak dan milisi Syiah telah bersatu menyingkirkan ISIS ke Tikrit. Begitupun dengan AS yang akan melakukan serangan udara kepada ISIS di Mosul.