REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat terorisme Al Chaidar menduga, hilangnya 16 warga negara Indonesia (WNI) di Turki, hampir dipastikan 90 persen masuk menjadi bagian kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Pasalnya, banyak mujahid yang menjadikan Turki sebegai tempat transit.
Disamping itu, menurut Al Chaidar, Turki dengan pemimpin yang baru saat ini juga cukup dekat dengan ISIS. Meskipun, pemimpin negera itu tidak secara langsung mendukung terhadap ISIS. “Secara geografis apalagi, cukup dekat,” ujar Al Chaidar saat dihubungi Republika, Ahad (8/3).
Menurut dia, ISIS memiliki kelebihan dibandingkan dengan kelompok ekstrem lainnya. ISIS, kata Al-Chaidar, memiliki ide negara khilafah. Sehingga ide tersebut yang membuat dukungan semakin masif termasuk dari Indonesia.
Hal tesebut berbeda dengan kelompok seperti Alqaeda yang tidak memproklamasikan pembentukan negara khilafah. Karena itu, dukungan terhadap Alageda tidak sekencang terhadap ISIS.
Al Chaidar juga menyebut, adanya WNI yang bergabung dengan ISIS hingga ratusan merupakan sebuah fenomena. Untuk itu, pemerintah dan ulama perlu melakukan tindakan. Kendati demikian, pemerintah juga tidak bisa melakukan pencekalan kepada WNI yang akan bepergian ke luar negeri.