REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarawan Universitas Indonesia (UI), Anhar Gonggong, mengatakan saat ini secara politik, tugas Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) telah selesai. Sebab, kedua pemimpin negara yang terlibat di dalam peristiwa itu, Soekarno dan Soeharto, kini telah wafat.
“Orang-orang yang percaya Soekarno dikudeta Soeharto melalui Supersemar saat ini mau apa? Buat apa diributkan lagi karena tugasnya sudah selesai,” jelas Anhar, saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (12/3).
Menurutnya, saat itu Supersemar merupakan permainan politik antara Soekarno dan Soeharto. Dalam permainan, kata dia, sudah pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Dan, saat ini permainan itu sudah usai.
''Bagi Soeharto, Supersemar merupakan alat politik untuk menang dalam permainan politik,'' ujar dia.
Ia menuturkan Supersemar pada masa kini cukup diperingati oleh masyarakat yang mau memperingatinya dengan tujuan tertentu. Bagi yang senang menulis, tambah dia, bisa mencari fakta dan menganalisa peristiwa tersebut berdasarkan teori dan konsep yang mereka tahu, bisa digunakan.
“Silakan saja diperingati, tidak perlu dipaksakan dan tidak perlu diributkan,” kata Anhar.