REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ekonomi dunia yang melambat pada tahun ini mendorong negara-negara mengeluarkan kebijakan pelonggaran sektor keuangan. Pelonggaran ini yang kemudian disebut-sebut sebagai perang mata uang antarnegara untuk mengangkat kinerja ekonomi mereka.
"Di mana-mana pertumbuhan ekonomi lambat dan itu berdampak pada nilai mata uang," kata Hans Peterson, Global Head of Asset Allocation at SEB investment management, Ahad (22/3).
Dalam waktu dekat, kata Hans, ekonomi tidak akan bergerak tinggi di mana Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Bank sentral pun melakukan berbagai upaya untuk menjaga pertumbuhan tetap bisa maju.
Hans menegaskan perang mata uang menjadi variabel penting yang ada saat ini. Para manajer investasi terus mengamati fenomena ini untuk melihat efeknya lebih jauh terhadap investasi global.