REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, menyatakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) masih menjadi ancaman potensial bagi Indonesia dan bisa muncul kapan saja. Namun, ancaman potensial itu harus bisa dikelola dengan baik, agar tidak menjadi ancaman aktual sehingga mengganggu keutuhan NKRI.
Untuk itu, kata dia, langkah-langkah antisipasi ini harus dilakikan oleh semua instansi yang terkait, tidak hanya TNI. Guna mencegah berkembangnya paham ISIS di Indonesia, Moeldoko menghimbau, agar terus dilakukan upaya sosialisasi dan penyadaran agar tidak permisif dengan paham-paham ISIS. Terlebih, paham ISIS tidak sesuai dengan ideologi di Indonesia.
''Jangan kita permisif. Kita semua tidak harus paham agama yang diusung ISIS, tapi paham ideologi yang tidak sesuai dengan ideologi Indonesia,'' ujar Moeldoko usai membuka acara '100 Expert Meeting: Memastikan Terwujudnya Kedaulatan Pangan' di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (30/3).
Panglima TNI menegaskan, salah satu alasan utama pemilihan Poso, Kabupaten Sulawesi Tengah, sebagai tempat Latihan Perang Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) adalah untuk menghindari masuknya kelompok-kelompok radikal. Termasuk gerakan ISIS. (baca: Panglima TNI: Jangan Coba-Coba Masuk Poso!)
Latihan PPRC ini pun bisa berjalan beriringan dengan pemberantasan kelompok jaringan Santoso. Panglima TNI lantas tidak menutup kemungkinan jika nanti latihan perang ini berlanjutan apapun bentuknya, termasuk operasi pemberantasan terorisme.
''Iya sekaligus, begitu prajurit saya melakukan kegiatan, kemudian bertemu dengan dia (Santoso), dia bersenjata dan tidak mau menyerah, ya kami sikat,'' tutur mantan Kepala Staff Angkatan Darat (KSAD) itu.