REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengatakan, fenomena alam Gerhana Matahari Total akan mulai terjadi sore hari, untuk wilayah Indonesia Barat. Tepatnya, akan terjadi mulai pukul 17.16 hingga 20.45 WIB.
"Tepatnya, puncak gerhana bulan total atau blood moon ini akan terjadi saat Maghrib," ujar Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin, Jumat (3/4). Tapi, lanjut ia, apa yang terjadi di Indonesia wilayah barat berbeda dengan yang terjadi di wilayah Indonesia Tengah maupun Timur.
Pasalnya, ia mengatakan, fase dari awal hingga akhir Gerhana Bulan Total dapat dilihat secara utuh di wilayah Indonesia Tengah dan Timur. Sedangkan, wilayah Indonesia Barat hanya bisa menyaksikan fase puncak gerhana bulan total.
Selain di Indonesia, Gerhana Bulan Total atau disebut Blood Moon ini, dapat terlihat pula di seluruh Samudera Pasifik dan daratan yang berdekatan. Fenomena bulan yang melewati bayangan bumi atau dikenal dengan gerhana bulan ini, memang jarang terjadi, sekitar 3-4 bulan sekali.
Sehingga, tak ayal jika masyarakat Indonesia sangat antusias untuk menyaksikan Gerhana Bulan Total ini. Ia menyebutkan, gerhana bulan total hanya dapat terjadi saat bulan berada di balik bumi dan terkena pembiasan sinar matahari. "Sehingga, dari hasil pembiasan itu terciptanya warna merah, seperti merah darah. Dan, itulah alasan Gerhana Bulan Total ini dikenal juga sebagai Blood Moon."
Sebelumnya, ia menjelaskan, fenomena gerhana bulan digunakan untuk mengamati keadaan atmosfer di Bumi. Kemudian, ketika satelit ada, maka saat ini gerhana bulan dimanfaatkan untuk edukasi masyarakat.
Mengingat, selama ini banyak publik yang beranggapan bahwa gerhana bulan disebabkan oleh bayangan bumi yang jatuh di bulan. Padahal, yang sebenarnya adalah fase gerhana bulan dipengaruhi oleh variasi arah datangnya matahari ke bulan yang jatuh ke bumi. "Untuk 4 Maret ini, fase Gerhana Bulan Total akan mulai terjadi sejak sekitar pukul 17.16 hingga 20.45 WIB," tuturnya.