REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ujian Nasional (UN) secara serentak digelar pada hari Senin (13/4) ini. Tak hanya di sekolah umum yang bisa mengikuti kegiatan tahunan ini, narapidana di LP Cipinang pun diizinkan mengikuti UN melalui program paket C.
Sebanyak 45 napi diikutsertakan dalam ujian tersebut. Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Arie Budiman beserta para stafnya turut meninjau berjalannya kegiatan yang merupakan hak pendidikan bagi setiap warga negara Indonesia.
Arie yang hadir di Lapas Cipinang, Jakarta Timur itu mengungkapkan jika paradigma tanpa marjinalisasi golongan dapat terlihat wujudnya di lapas ini. Sesuai UU, semua warga negara Indonesia mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan sama rata.
"Tidak ada batasan, mereka yang di lapas pun berkewajiban mengikuti UN. Pihak lapas juga memberikan kesempatan seluas-luasnya pada para napi untuk merajut nilai pendidikan secara baik dan benar," katanya di LP Cipinang, Senin (13/4).
Arie menambahkan jika penyelenggaraan ini melalui Kemendikbud sesuai unti dan satuan masing-masing. Hanya pendidikan non-formal yang diadakan siang hari, dan untuk formal jatuh pada pagi hari.
"Jadwal ujiannya sama tapi waktu berbeda," ujarnya.
Sementara staf Sudin Pendidikan Jaktim, G. Sriwijatmiko menyatakan jika UN hari ini mengenai soal Bahasa Indonesia dan Geografi. Ia mengatakan untuk kendala yang dihadapi, hanya masalah administrasi dan penempelan foto-foto Napi yang mengikuti ujian.
"Mereka yang belum melakukan pemotretan, kalau masalah pengajar dan materi semuanya sudah di pastikan baik," jelasnya.
Nantinya para naprapidan yang lulus akan mendapatkan 2 sertifikat, sertifikat lulus dari lapas dan UN. Untuk sementara di Jakarta UN seperti ini hanya di lakukan LP Cipinang. Tak hanya para napi yang ikut serta UN, petugas kebersihan lapas pun ikut ujian ini lantaran belum lulus SMA.
Guna persiapan menghadapi UN tersebut sebelumnya para napi mengikuti program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Diketahui LP Cipinang memiliki 2 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang merupakan sekolah non-formal bagi para narapidana atau warga binaannya.
Untuk tenaga pengajarnya, pihak LP ternyata memberdayakan narapidana lain yang mumpuni dalam hal segi akademisi.
Menurut Kepala PKBM Pandu Pelajar Mandiri Haidar Fikri, narapidana di LP Narkotika Cipinang yang aktif mengikuti PKBM justru mereka yang usianya rata-rata di atas usia siswa sekolah. Sedangkan untuk kegiatan sekolah PKBM pihak lapas mengadakan sesuai dengan sekolah pada umumnya.
"Kami adakan sekolah PKBM dari Senin sampai Jumat, untuk tahun ini yang memenuhi syarat 23 orang yang masih dalam proses pembelajaran masih banyak. Saya targetkan semuanya itu setahun ikut pembelajaran baru kemudian diujikan," jelasnya.
Tak kalah dari para siswa sekolah pada umumnya, para napi sangat antusias sekali mengemban program belajar mengajar. Namun, sayang lantaran jumlah SDM yang tak mencukupi pihak lapas baru menyediakan kelas IPS dan masih memprospekan pelajaran IPA dalam waktu dekat ini.
"Kita belum buka kelas IPA, karena susah mencari guru IPA di sini," katanya.
Fikri menambahkan ada beberapa dari petugas, ada juga yang dari sesama warga binaan. Pihaknya minta bantuan mereka yang memiliki latar belakang pendidikan S1 atau S2. "Para pengajar memberikan pengajaran di sini secara sukarela. Mereka bilang itu panggilan hati," ujarnya.
Salah satu staf PKBM Ferdian Sjahriar (seorang napi) yang di tangkap 4 tahun lalu langsung memulai menjadi staf pengajar khusus, Bahasa Inggris, Geografi, Matematika.
Napi yang dulu sempat menjadi asisten dosen (asdos) di Bina Nusantara, Jakarta Barat ini mengaku lulusan Magister Ilmu Komputer. Dirinya mengabdi dan mengajar rekan-rekan narapidan lainnya lantara ingin mengamalkan ilmu pengetahuannya kepada banyak orang.
"Saya ingin berbagi. Di situ saya mendapatkan kebanggaan tersendiri di dalam hati," ungkapnya.
Antusias pelajar PKBM sangat menggebu-gebu, walaupun kesehariannya dibendung oleh tinggi dan kokohnya beton tembok lapas mereka tak putus asa untuk terus belajar dan belajar. Hal itu pun di benarkan Ferdian.
"Teman-teman di sini sangat antusias untuk belajar dan belajar. Maka tak heran jika ada kelompok yang kutu buku di dalam sel," tandasnya