REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu menjadi bahan cemoohan, Senin (20/4), setelah ia menuding kesalahan cetak sebagai penyebab tidak disebutnya proses perdamaian dengan pemberontak Kurdish dalam manifesto partainya untuk pemilihan umum 7 Juni.
Proses perdamaian untuk mengakhiri konflik selama beberapa dasawarsa dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) merupakan salah satu kebijakan mendasar Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), yang telah berkuasa selama 12 tahun.
Namun, pekan lalu, para komentator dibuat heran ketika proses perdamaian itu tidak disebutkan baik dalam manifesto AKP setebal 350 halaman maupun dalam pidato panjang pemaparan Davutoglu. Perdana Menteri bersikeras bahwa kealpaan itu tidak berarti dan mengatakan bahwa beberapa halaman tercecer dalam perjalanan menuju percetakan karena masalah format digital.
"Kami memahami bahwa beberapa halaman terselip ketika manifesto itu dikirim ke mesin cetak: satu atau dua halaman tercecer," kata Davutoglu, Ahad (19/4).
"Namun halaman-halaman itu akan ditambah kembali dan manifesto akan dicetak ulang," imbuh dia.
Para wartawan juga menyoroti fakta bahwa kata 'Kurdish' hanya disebut sekali dalam manifesto, yang merujuk pada kelompok minoritas terbesar sebagai 'warga asli Kurdi'.
Pernyataan PM tersebut menjadi bahan olok-olok di media sosial, dan para pengguna berpendapat bahwa partai tidak bisa menjalankan negara jika tidak mampu menggunakan mesin cetak. "Anda bahkan tidak tahu bagaimana menggunakan mesin cetak, bagaimana anda mau menjalankan negara?" kata pengguna Twitter, @seldaalkan.
Wartawan harian Zaman yang anti-AKP, Bulent Kenes menyindir: "Saya tidak tahu Anda (Davutoglu) memiliki selera humor tinggi!"