REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL--Sebagian besar petani di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, kurang berminat mengembangkan tanaman kedelai karena hasil panen komoditas pangan tersebut belum menjanjikan.
"Petani Bantul tidak tertarik menanam kedelai karena dari segi harga tidak menjanjikan jika dibandingkan dengan padi. Maka, petani tidak mau," kata Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul Partogi Dame Pakpahan, Senin.
Menurut dia, petani lebih tertarik mengembangkan pertanian padi daripada kedelai karena selain dari sisi harga jual yang lebih baik, hasil produktivitas padi per hektare rata-rata lebih tinggi dari kedelai.
"Misalnya, petani tanam padi dengan produktivitas tujuh ton per hektare, berarti yang didapat 7.000 kilogram dikali Rp4.000,00, maka mendapat sebesar Rp28 juta sekali tanam, sementara kalau kedelai dihitung per hektare paling tinggi 1,5 ton yang dijual hanya Rp13 juta," katanya.
Karena petani Bantul belum tertarik mengembangkan tanaman kedelai, kata dia, sampai saat ini luas tanam kedelai per tahun masih sekitar 3.000 hektare yang tersebar di beberapa kecamatan wilayah perbukitan.
"Total lahan kedelai di Bantul sekitar 3.000 hektare karena kedelai hanya bisa ditanam di daerah seperti Dlingo dan Pajangan. Memang kalau untuk sawah (padi), mereka justru tidak mau," katanya.
Meski demikian, lanjut dia, pihaknya akan terus mendorong perluasan tanaman kedelai di beberapa wilayah tersebut dengan melakukan pendampingan kepada kelompok tani serta uji coba tanaman kedelai di lahan yang potensial untuk tanaman tersebut.
"Seperti di Dlingo ini sudah ada sekitar 1.000 hektare dan kelompok tani mulai uji coba, makanya ini akan terus diupayakan agar nantinya bisa mewujudkan swasembada kedelai," katanya.