REPUBLIKA.CO.ID,Sejak masa Khulafaur Rasyidin, jaringan intelektual dan ulama di dunia Islam telah melintasi batas-batas negara-bangsa.
Jaringan intelektual itu didukung oleh tradisi pengembaraan para ulama, jaringan ilmu pengetahuan, dan persebaran manuskrip. Tidak mengherankan, jika salinan sebuah naskah Islam dapat tersebar di berbagai wilayah yang jauh jaraknya.
Seperti Manuskrip Timbuktu dari abad pertengahan yang ditemukan di Mali. Koleksi naskah di Timbuktu meliputi naskah tentang kedokteran, ilmu pengetahuan, filsafat, dan seni dari masa Kekhalifahan Abbasiyah, serta sejumlah salinan mushaf Alquran. Jumlahnya telah diperkirakan sekitar 700 ribu buah.
Onislam.net mencatat bahwa sebagian besar naskah-naskah Timbukti berasal dari koleksi keluarga yang diwariskan secara turun temurun. Akibatnya, konservasi naskah belum dilakukan dengan baik.
Kebanyakan naskah dalam kondisi yang buruk. Sebagian besar belum dipelajari dan dikatalogisasi, jumlahnya pun hanya berdasarkan perkiraan kasar.
Mayoritas naskah ditulis dalam bahasa Arab, tetapi beberapa juga ditulis dalam bahasa lokal, seperti Songhay dan Tamasheq. Naskah-naskah tersebut diperkirakan berasal dari akhir abad ke-13 hingga awal abad ke-20.
Sejumlah naskah terpilih yang berjumlah sekitar 160 naskah dari Haidara Perpustakaan Mamma di Timbuktu dan koleksi Ahmed Baba telah didigitalkan oleh Timbuktu Naskah Proyek di tahun 2000-an.
Dengan runtuhnya pendidikan Arab di Mali pada masa pendudukan Perancis, penghargaan untuk naskah abad pertengahan menurun di Timbuktu. Generasi muda sudah terputus dari warisan khazanah intelektual nenek moyang mereka.
Di Mali, banyak manuskrip berharga yang dijual atau dibakar, sementara yang lain dijual kepada organisasi internasional.