REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah bajaj merah dengan menggunakan bahan bakar bensin masih berjejer rapih di pintu keluar Stasiun Gondangdia. Salah satu supir bajaj merah, Sahrudin mengungkapkan keberatan jika bajajnya harus diganti dengan bajaj baru menggunakan bahan bakar gas (BBG).
"Ganti saya gak mau, kalau beli kemahalan. BBG untuk orang kaya," keluh Sahrudin saat menunggu penumpang, Jumat (1/5).
Ia mengatakan untuk membeli bajaj dengan menggunakan BBG harus dipatok harga hingga Rp 100an juta lengkap dengan surat-surat jalan. Sementara untuk bajaj merah harganya hanya di atas Rp 7 juta.
"Temen saya beli kontan Rp 76 juta belum sama surat-suratnya. Kalo yang beli BBG rata-rata pada punya modal, punya tabungan dan lainnya," kata pemilik bajaj bernopol B 2541 ER ini.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI sendiri memberikan keringanan bagi supir bajaj yang ingin beralih menggunakan bajaj BBG. Para supir dapat membayarkan bajaj baru dengan pembayaran cicilan.
Selain itu menurut Sahrudin dengan pembelian bajaj BBG akan sulit diperbaiki jika ada kerusakan. Pemilik bajaj BBG harus memperbaiki mesin di bengkel, sementara jika menggunakan bajaj merah ia masih bisa memperbaikinya seorang diri.
Namun berbeda dengan Sahrudin, supir bajaj merah lainnya mengaku tidak keberatan jika akan beralih menggunakan bajaj BBG. "Bulan depan kalau saya udah dapat duit dari kakak saya, nanti saya akan ganti," ujar Purwoto.
Purwoto mengatakan ia akan menukarkan bajaj merah miliknya dengan bajaj yang baru. Harganya diakuinya memang berkisar Rp 80 juta tanpa surat-surat izin operasional dan lainnya. Namun ia mengaku akan tetap mengganti bajajnya jika modal sudah didapat.
Adapun bahan bakar dengan menggunakan gas, memang diakui Purwoto akan lebih murah dibandingkan dengan menggunakan bensin. Hanya saja dengan menggunakan BBG setoran per harinya bisa mencapai Rp 130 ribu per hari. Sementara dengan bajaj merah pengemudi hanya membayarkan Rp 40 ribu setiap harinya.