REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri mengatakan harus ada perubahan pandangan yang dilakukan oleh pemerintah bersama dengan masyarakat Indonesia bila ingin ada perbaikan tata kelola migas.
Pertama, kata Faisal, adalah perubahan cara pandang migas sebagai komoditas atau energi menjadi migas sebagai ujung tombak pembangunan dan industrialisasi.
"Kedua adalah pergeseran paradigma dari migas sebagai sumber penerimaan negara termasuk lifting, cost recovery, menjadi migas sebagai penggerak seluruh sektor sehingga menambah basis penerimaan pajak," ujar Faisal, Selasa (26/5).
Poin keempat, lanjutnya, adalah perubahan paradigma dari migas yang dikeruk habis-habisan menjadi migas untuk generasi mendatang. Artinya, adanya keadilan antar generasi.
"Terakhir, perubahan paradigma dari migas sebagai sumber bancakan pemburu rente, menjadi migas yang menyejahterakan rakyat banyak," lanjut Faisal.
Dalam kesempatan yang sama, Faisal juga mengungkapkan betapa Indonesia harus bersiap menghadapi gap antara produksi minyak dan kebutuhan. Bila tidak ada penemuan cadangan baru, maka pada tahun 2024 produksi nasional hanya sekitar 400 ribu barel per hari di mana kebutuhan sudah melonjak tajam hingga 1,9 juta barel per harinya.