Rabu 27 May 2015 21:34 WIB

Pilgub Kepri, PDIP Dinilai Ulur Waktu Tentukan Cawagub

Prajurit TNI siap kawal pilkada serentak (ilustrasi).
Foto: Antara
Prajurit TNI siap kawal pilkada serentak (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pusat Kajian Kebijakan Publik Fisip Universitas Martim Raja Ali Haji (Umrah) Suradji menilai Soerya Respationo sengaja menggantung Nurdin Basirun dan Ansar Ahmad hingga saat-saat terakhir sebelum dipinang menjadi calon wakil gubernur Kepri. 

"PDIP sengaja mengulur waktu hingga dirasa tepat untuk menentukan salah satu di antara Ansar dan Nurdin sebagai wakil Soerya," kata dia, Selasa (26/5).

Meskipun Soerya Respationo sebagai kader PDIP sudah sangat dekat dengan Ansar Ahmad yang kini menjabat Bupati Bindan dan Nurdin Basirun Bupati Karimun, tetapi hingga kini PDIP tidak kunjung memastikan siapa diantara keduanya mewakili Soerya.

"Kepastiannya sebagai pendamping dan dibiarkan berkontestasi untuk menunjukkan kekuatan masing-masing. Soerya mencoba memainkan arah opini publik terhadap bakal calon wakilnya. Setelah simpati publik mengerucut terhadap salah satunya dan menjelang last minute, baru akan dipastikan siapa yang bakal menjadi wakil Soerya," kata dia.    

Menurut Suradji, banyak keuntungan bagi Soerya dengan mengulur penentuan calon yang bakal mendampinginya di Pilgub Kepri. Sebab, keduanya akan terus berupaya untuk mendekati Soerya dan menghimpun dukungan masyarakat melalui berbagai kegiatan.

 "Apalagi keduanya sama-sama memiliki dukungan basis massa yang kuat di daerahnya masing-masing. Ansar memiliki basis massa kuat di Bintan dan Nurdin di Karimun," kata Suradji.  

Dalam berbagai kesempatan akhir-akhir ini, terlihat bagaimana kerja keras Ansar dan Nurdin untuk menunjukkan kekuatan massa pendukungnya. Nurdin misalnya, giat mendekati LSM dan ormas se-Karimun untuk menghimpun dukungan. Hal yang sama juga dilakukan Ansar melalui Komunitas Pilih Ansar Ahmad (Kopiah).    

 Ansar dan Soerya terlihat akrab saat sama-sama melaunching Kopi Sore dan Kopiah di Kijang, Bintan beberapa waktu lalu. Saling menunjukkan kekuatan massa pendukung oleh Ansar dan Nurdin di hadapan Soerya ini akan semakin gencar dalam beberapa hari ke depan. Terutama menjelang fit and proper test oleh DPP PDIP. Dan selagi belum ada keputusan siapa yang akan dipilih oleh Soerya sebagai wakilnya.    

"Selama ini Soerya beralasan bahwa penentuan siapa yang bakal mendampinginya tergantung keputusan DPP PDIP. Padahal keputusan DPP hanyalah formalistik, karena DPP sendiri sudah menyerahkan sepenuhnya kepada Soerya untuk memilih wakilnya," kata dia.   

Menurutnya, semua itu bisa berdampak buruk bagi Soerya jika terus dibiarkan tanpa kendali mekanisme yang jelas dan tegas. Sebab, besar kemungkinan yang tak terpilih nanti bakal kecewa dan mengalihkan dukungan ke calon lain lantaran merasa sudah dimanfaatkan dan banyak berkorban, terutama dana.     

Terkait kemungkinan tersebut, Suradji menganggap sebagai hal yang biasa sebagai konsekuensi dalam politik. Namun kekecewaan itu bisa diredam jika Soerya mampu memberikan komitmen dalam bentuk lain

"Mereka sebenarnya saling memanfaatkan, tapi yang banyak mendapatkan keuntungan adalah Soerya. Kekecewaan itu tak bisa dipungkiri, terutama bagi pendukung atau orang yang ada di belakang calon. Pasti ada langkah politik lanjutan dari kandidat yang tidak terpilih," kata Suradji.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement