REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pihak berwenang Indonesia menyelamatkan kapal berpenumpang 65 pencari suaka yang kandas di terumbu karang, Selasa (2/6). Kepolisian mengatakan mereka mencoba mencapai Australia.
Kepala bagian tugas pencari suaka Kepolisian Indonesia, Budi Santoso, kapal tersebut karam di provinsi Nusa Tenggara Timur pada Ahad (31/5). Mereka mencoba melalui terumbu karang Ashmore yang dikendalikan Australia.
Kapal tersebut membawa 54 warga Srilanka, 10 Bangladesh, dan satu warga Myanmar. Tiga diantaranya adalah anak-anak.
Dalam sebuah pernyataan, seorang politisi oposisi pemerintah Australia dari partai Green, Sarah Hanson-Young mengatakan kapal tersebut sebelumnya diderek angkatan laut Australia untuk menjauh. Menurutnya, kebijakan Australia mengusir kapal pencari suaka sangat membahayakan nyawa anak-anak.
''Sementara Malaysia, Indonesia, dan Thailand menyelamatkan kapal-kapal di sekitar, Australia malah lari dari tanggung jawab di wilayah,'' kata Hanson-Young. Kebijakan Australia memang menyulitkan migran untuk berlabuh di sana.
Australia mengadopsi satu aturan keras untuk melawan pencari suaka yang ingin mencapainya. Australia akan mengirim kembali kapal ke lautan atau ke pusat penahanan migran di luar negeri. Australia memiliki pusat penahanan di Papua New Guinea dan pulau Nauru di Pasifik Selatan.
Sebagian besar kapal pencari suaka biasanya mencoba melintasi Mediterania antara Afrika dan Eropa dalam beberapa pekan. Mereka kemudian mengarungi Laut Andaman demi menuju Australia. Sebagian besar tidak mampu melanjutkan perjalanan karena tewas di tengah jalan.