Sabtu 13 Jun 2015 18:50 WIB

Ratusan Buruh Pabrik Diduga Keracunan Bakso Cilok

Red: Yudha Manggala P Putra
Bakso Cilok. Ilustrasi.
Foto: dapurummipandan.wordpress.com
Bakso Cilok. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Sebanyak 125 buruh pabrik PT Nina Parungkuda, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, yang seluruhnya wanita diduga keracunan bakso cilok yang dijajakan di depan pabrik tersebut.

"Yang dievakusi ke RSUD Sekarwangi sebanyak 125 orang, namun yang dirawat hanya 97 orang dan 69 korban lainnya dilakukan tindakan observasi karena kondisi tubuhnya lemah," kata Humas RSUD Sekarwangi Ramdansyah di Sukabumi, Sabtu (13/6).

Menurut informasi dari para korban, mereka mayoritas mengeluh mual, pusing dan kerap buang air besar. Bahkan, beberapa korban diantaranya harus mendapatkan perawatan medis khusus karena kondisi tubuhnya sangat lemah yang disebabkan banyak kehilangan cairan tubuh akibat muntah dan buang air besar (BAB).

Namun, dari puluhan korban yang dirawat tidak ada kondisinya yang kritis, namun tetap harus dirawat dan diberikan cairan influs agar cairan tubuhnya kembali normal. Selain itu, pihaknya sudah berkoordinasi dengan kepolisian dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi terkait kasus keracunan masal ini.

"Informasinya mereka makan bakso cilok itu saat waktu istirahat sekitar pukul 12.00 WIB, namun sekitar pukul 15.00 WIB, satu persatu buruh mengalami gejala keracunan yang sama yakni mual, pusing dan muntah-muntah," katanya menambahkan.

Awalnya jumlah buruh yang mengalami keracunan hanya beberapa saja, tetapi setelah beberapa waktu mereka yang memakan cilok itu mengalami gangguan kesehatan yang sama.

Sebelum dilarikan ke RSUD Sekarwangi, mereka sempat dirawat di salah satu klinik swasta di Kecamatan Parungkuda, karena jumlahnya yang banyak akhirnya dievakuasi ke rumah sakit milik pemda itu.

Sementara, salah seorang korban, Anisa (20) mengatakan sudah terbiasa membeli cilok yang diketahui bernama Abah Apung itu karena harganya murah yakni Rp 1.000 per butir dan ukurannya pun besar sesuai dengan kondisi keuangan buruh. Namun, pada hari ini setelah makan cilok itu dirinya dan rekan-rekannya tiba-tiba merasakan pusing, mual dan muntah-muntah.

"Memang sudah lama si abah jualan di pabrik, tapi baru kali ini kami mengalami keracunan. Biasanya kami membeli satu hingga dua butir cilok saat istirahat dan menjadi menu utama kami karena harganya yang murah dan ukurannya yang besar," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement