REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat mengatakan, memasuki ramadan dan menjelang lebaran tidak ada peningkatan volume produksi di sektor teksil dan produk tekstil (TPT). Hal ini dipicu oleh melemahnya kondisi perekonomian Indonesia pada kuartal I/2015.
Ade mengungkapkan, produksi pakaian jadi tidak hanya berasal dari produsen lokal saja namun ada pula yang impor. Menurutnya, produsen pakaian lokal sampai saat ini tidak ada peningkatan dan masih bergerak seperti biasa.
"Volume produksi pasti menurun karena daya beli masyarakat juga turun, tapi penurunannya belum bisa kita hitung dan harus ditanya juga ke pedagang di pasar yang paling laku pakaian lokal atau impor," ujar Ade kepada Republika, Ahad (28/6).
Ade mengatakan, menurunnya perekonomian Indonesia disebabkan oleh adanya perubahaan kebijakan makro yang dilakukan oleh pemerintah, seperti perubahan harga bahan bakar minyak (BBM). Selain itu, melemahnya nilai tukar rupiah juga memberatkan beberapa sektor industri, terutama yang mengandalkan bahan baku impor.
Menurut Ade, perbaikan kondisi ekonomi di dalam negeri bergantung pada kecepatan pemerintah untuk menyerap anggaran dan mulai mengerjakan proyek-proyek pembangunan, terutama infrastruktur. Pasalnya, pembangunan infrastruktur tidak bisa sepenuhnya dipikul oleh swasta dan pemerintah perlu segera turun tangan untuk membelanjakan APBN.
"Semakin cepat penyerapan anggaran maka kondisi ekonomi bisa menjadi lebih baik, sehingga pengangguran berkurang dan daya beli masyarakat akan naik," kata Ade.