Selasa 30 Jun 2015 10:28 WIB
Engeline Tewas

Inikah Perencanaan Margriet dalam Membunuh Engeline?

Rep: C32/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Margriet Christina Megawe (tengah) menggendong Engeline.
Foto: Ist
Margriet Christina Megawe (tengah) menggendong Engeline.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Engeline Margriet Megawe, bocah delapan tahun yang ditemukan dibunuh dan dikubur di pekarangan belakang rumahnya pada 10 Juni 2015. Kini sejak ditemukan jenazahnya, terungkap fakta ia sudah dibunuh dan dikubur sejak dilaporkan hilang sejak 16 Mei 2015.

 

Dalam perkembanganya, saat awal pemeriksaan sudah dinyatakan adanya tersangka tunggal sementara yaitu pembantu rumah tangga ibu angkat Engeline, Agustinus Tai Hamdamai. Setelah dilakukan beberapa kali pemeriksaan, ia mengaku mempemerkosa dan membunuh korban lalu menguburnya di pekarangan belakang rumah.

 

Polda dan Polresta Bali terus menyidik dan mencari bukti atas keterangan yang sudah diberikan Agus dalam berita acara pemeriksaan (BAP). Tak lama setelah itu ibu angkat korban, Margriet Christina Megawe ditetapkan menjadi terangka penelantaran anak oleh Polda Bali.

 

Selanjutnya, pihak kepolisian terus menyidik, melakukan pemeriksaan, dan mencari bukti lain jika memang ada kemungkinan tersangka baru. Hingga akhirnya, Agus mengakui yang membunuh korban adalah Margriet bukan dirinya.

 

Akhirnya, Polda Bali pada Ahad (28/6) dengan serangkaian upaya penyidikan sebelumnya resmi menyatakan Margriet sebagai tersangka utama dalam kasus pembunuhan tersebut. Ia kini disangkakan melakukan pembunuhan berencana terhadap anak angkatnya sendiri berdasarkan tiga alat bukti.

 

Dengan adanya sangkaan pembunuhan berencana, diketahui dari pernyataan Agus yang disampaikan kepada pengacaranya ada sejumlah perintah yang diberikan terhadapnya.

 

Lubang galian setengah meter, Haposan menyatakan lubang yang digunakan untuk mengubur Engeline sudah digali sejak seminggu sebelum pembunuhan terjadi. “Menurut keterangan Agus, ia disuruh Margriet untuk menggali lubang. Katanya untuk membuang sampah waktu itu,” kata  Haposan.

 

Membantu membungkus mayat korban, Agus mengakui mendengar teriakan Engeline ‘lepaskan saya mama’ dari kamar Margriet.  “Sekitar tiga menit setelah teriakan itu, Agus lalu dipanggil oleh Margriet ke dalam kamar. Terus dia diperintahkan untuk mengambil tali, sprei, dan boneka untuk membungkus Engeline dan dijanjikan uang Rp 200 juta jika membantu dan menutup mulut,” ungkap Haposan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement