Selasa 04 Aug 2015 06:16 WIB
Muktamar NU

Dua Bupati Sarjana NU Berbagi Sukses dengan Para Santri

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas (kanan) bersama Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah (kiri) dalam diskusi Percepatan Pembangunan Daerah di Jakarta, Selasa (7/7).  (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas (kanan) bersama Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah (kiri) dalam diskusi Percepatan Pembangunan Daerah di Jakarta, Selasa (7/7). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID,JOMBANG -- Bupati Wonosobo Abdul Kholiq Arief dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas berbagi ilmu dan pengalaman dengan ratusan santri serta kaum muda Nahdlatul Ulama dari berbagai daerah dalam rangkaian acara Musyawarah Kaum Muda NU di Universitas KH Wahab Hasbullah, Jombang,  akhir pekan lalu.

Kedua bupati tersebut masing-masing merupakan Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Tengah dan Ketua ISNU Jatim. Keduanya membagi cerita dan pengalaman soal kepemimpinan lokal.

Kholiq mengatakan, memimpin sebuah daerah diperlukan penguasaan terhadap masalah di daerah tersebut. Setiap problem daerah juga membutuhkan pendekatan solusi yang unik, berbeda satu sama lain, dan tidak bisa digeneralisasi.

"Itulah mengapa saya di Wonosobo lebih banyak mengedepankan pendekatan berbasis kearifan lokal. Dan itu terbukti efektif dalam upaya kami mewujudkan Wonosobo menjadi daerah yang ramah pada nilai-nilai hak asasi manusia," ujar Kholiq yang merupakan bupati dua periode di Wonosobo.

Di Wonosobo, jelas Kholiq, banyak diterapkan berbagai kebijakan yang ramah HAM. Di antaranya adalah peningkatan fasilitas publik yang ramah pada masyarakat penyandang disabilitas.

Adapun pendekatan berbasis kearifan lokal, Kholiq mencontohkan, ada pada bagaimana setiap desa menyusun model anggaran sesuai karakteristiknya masing-masing, namun tetap memenuhi asas akuntabilitas sesuai sistem keuangan daerah dan negara.

Sementara itu, Abdullah Azwar Anas mengatakan, kepemimpinan lokal menuntut seorang pemimpin untuk memahami potensi daerah yang bisa digunakan untuk mempercepat pertumbuhan dan pembangunan daerah bersangkutan.

Dia mencontohkan di Banyuwangi yang letaknya di ujung timur Pulau Jawa dengan dikelilingi hutan, gunung, dan laut. Dulu, kondisi geografis itu dianggap sebagai hambatan, namun kini dijadikan peluang.

"Mengapa pariwisata? Karena itu menjadi salah satu keunggulan daerah kami. Lagipula, pariwisata ini menjadi pemacu bagi tumbuhnya sektor lain, termasuk sektor pertanian dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)," jelas Anas.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement