Jumat 07 Aug 2015 22:37 WIB

Tanaman Palawija dan Sayur Terhantam Kekeringan

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yudha Manggala P Putra
 Petani sedang mengumpulkan padi yang mengalami kekeringan di Kampung Setu, Bekasi Barat, Kamis (30/7).  (Republika/Tahta Aidilla)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Petani sedang mengumpulkan padi yang mengalami kekeringan di Kampung Setu, Bekasi Barat, Kamis (30/7). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS --  Musim kemarau panjang telah menyebabkan tanaman pertanian di wilayah Banyumas mengalami kekeringan. Di wilayah Kecamatan Ajibarang, sejumlah petani sayuran jenis terong mengeluh karena tanamannya layu dan mengering akibat kekurangan air. 

''Kami rugi jutaan rupiah karena terong yang saat ini seharusnya mulai musim panen, malah layu dan mengering,'' jelas Tulus Triyanto (42), petani desa Desa Kracak Kecamatan Ajibarang.

Menurutnya, tanaman terong seharusnya bisa dipanen selama 12 kali sepanjang masih tumbuh. Namun akibat kekeringan, tanaman sayur yang ditanam pada Bulan Juni lalu, hanya bisa dipanen dua kali karena kemudian layu dan mengering. Tanaman tersebut, ditanam di lahan persawahan yang hanya ditanami padi saat musim penghujan.

''Sebenarnya ada aliran irigasi di dekat areal persawahan ini. Namun sekarang air di irigasi juga sudah kering karena kemarau cukup panjang,'' katanya.

Dia mengaku, petani sebenarnya bisa saja menggunakan pompa air untuk menyedot air dari sungai yang tidak terlalu jauh dari lokasi lahan.

''Namun kalau menggunakan pompa, biayanya menjadi tinggi sehingga biaya pemeliharaannya tidak sesuai dengan hasil terong yang dipanen,'' katanya. Berdasarkan pertumbangan itu,  kebanyakan petani terong di desa itu membiarkan tanamannya mati dan mengering.

Selain di Ajibarang, petani di wilayah Kecamatan Purwojati yang menanam kedelai di lahan sawahnya juga harus mengeluarkan biaya lebih besar agar tanamannya bisa diselematkan. ''Sebentar lagi tanaman kedelai kami sudah bisa panen. Daripada mati mengering dan kami tidak bisa memanen hasilnya,  kami terpaksa uang lebih banyak untuk menyewa pompa dan beli bahan bakar agar tanaman kedelai bisa diselamatkan,'' kata Parno (50), petani Desa Karangtalun Lor Kecamatan Purwojati.

Dia mengaku beruntung, karena lahan tanaman kedelainya berada di lokasi yang dekat air sungai. Dengan air sungai inilah, pompa yang disewanya menyedot air sungai kemudian dialirkan ke lahan tanaman kedelainya. Sementara di tempat-tempat lain yang jauh dari aliran sungai, cukup banyak tanaman kedelai yang akhirnya dibiarkan mati kekeringan. ''Setiap empat hari sekali, kami menyedot air sungai dengan pompa ke lahan kedelai,'' katanya.

Dari pemantauan di lapangan, sebagian besar areal persawahan di wilayah Kecamatan Purwojati hingga wilayah Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas, cukup banyak lahan pertanian yang mengalami kekeringan. Terutama lahan-lahan pertanian yang ditanami kedelai.

Di wilayah ini, sebenarnya ada bendungan dari Sungai Tajum yang airnya dialirkan ke lahan-lahan pertanian sekitarnya. Namun saat ini, debit air Sungai Tajum juga mengalami penurunan drastis sehingga tidak lagi bisa mengalirkan air ke lahan-lahan pertanian warga.

Camat Purwojati, Eko Heru Surono, mengaku cukup banyak petani kedelai di wilaahnya yang tanamannya mati kekeringan akibat kekuangan air.

''Sebagian besar lahan pertanian di wilayah kecamatan kami memang lahan tadah hujan. Karena itu, petani disini sebenarnya berharap pemerintah membuat program pembuatan sumur bor. Namun sampai sekarang, masih belum bisa terealisasi,'' katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement