REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar menjenguk aktivis lingkungan korban pengeroyokan Tosan yang kini menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit dr. Syaiful Anwar (RSSA), Kota Malang.
Menurut Mustoha, peristiwa yang mengakibatkan Salim Kancil meninggal dan Tosan yang mengalami luka kritis karena menolak tambang pasir di wilayahnya, merupakan momentum bagi lembaganya untuk menindak tegas penambangan ilegal.
"Kami dari Perum Perhutani yang bergerak bidang lingkungan tentu sangat mengapresiasi aktivis yang peduli lingkungan. Kejadian ini juga menjadi momentum bagi Perhutani, karena Perhutani telah memerintahkan kepada seluruh jajarannya untuk menghentikan ilegal manning didalam kawasan hutan," kata Mustoha, Jumat (2/10).
Mustoha mengatakan, Perhutani akan mengidentifikasi seluruh titik tambang ilegal sehingga akan diketahui dan bisa ditindak tegas, agar mereka tidak merusak likungan.
"Memang saya lihat ada. Beberapa indikasinya ilegal, tapi kita sudah perintahkan inventarisir tambang ilegal di kawasan hutan. Ada beberapa titik termasuk Lumajang, Malang, Tasikmalaya, dan di Jawa," kata Mustoha.
Ia sendiri mengaku baru menginventarisir tambang ilegal di kawasan Perhutani. Mustoha mengaku selama ini memang banyak isu-isu tambang ilegal di kawasan hutan. Tapi setelah dicek, ternyata legal. Ada juga yang setelah dicek ternyata tidak ada. Karenanya, lanjut Mustoha, Perhutani akan memastikan lokasi-lokasi yang menjadi tambang ilegal di kawasan Perhutani.
Mustoha juga mengatakan siap membantu keluarga Salim dan Tosan bila membutuhkan bantuan hukum dipersidangan. "Bila dipersidangan nanti butuh bantuan hukum kami siap membantu," katanya.