REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat perbankan yang juga pimpinan lembaga Center for Banking Crisis A Deni Daruri melakukan penelitian soal kontribusi sektor perumahan rakyat membantu penguatan ekonomi. Penelitian tersebut bertajuk "Mengoptimalkan Kebijakan Ekonomi untuk Memperlambat Kecenderungan Penurunan Pertumbuhan Pkonomi" dan baru saja rampung pada September 2015.
Hasil penelitian menunjukkan, terdapat 91 sektor ekonomi yang mendapatkan dampak positif dan nilai tambah dari bergulirnya program perumahan rakyat. Bidang tersebut termasuk juga di sektor agrikultur, pertanian, perindustrian dan manufaktur.
"Dampak neto peningkatan nilai tambah 1 persen dari masing-masing sektor perumahan dapat meningkatkan 9,5 persen produk domestik bruto (PDB) selama 5 tahun," katanya di Jakarta, Rabu (7/10).
Rekomendasi hasil penelitian pun menyebut, sebaiknya lembaga keuangan yang melakukan pembiayaan perumahan harus banyak dibantu. Baik dari sisi regulasi maupun pembiayaan, agar lancar dalam menyediakan rumah rakyat.
Membantu pelaksanaan program sejuta rumah rakyat, Direktur Utama BTN Maryono menyebut tengah mengupayakan pendanaan dan IT. Bekerja sama dengan pengembang seperti Real Estate Indonesia (REI), Apersi, Perumnas dan stakeholder lainnya, BTN juga melakukan pemetaan calon pembeli rumah murah. Hasilnya, ada sebanyak 1,5 juta potensi pembeli yang belum mengajukan permohonan pembelian rumah yang harus dijemput.
Direktur BTN Mansyur Nasution menambahkan, Indonesia baru mampu menyediakan 78 persen rumah untuk masyarakat. Jumlah tersebut masih lebih rendah dari pada Singapura dan Malaysia yang sudah di atas 90 persen dan India 85 persen. "Makanya kita ingin terus fokus membantu program sejuta rumah rakyat," katanya.