REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Ternate, Maluku Utara kembali menjadi korban kekerasan guru. Kekerasan ini bahkan membuat korban meninggal karena dipukul mistar kayu oleh guru.
Dengan adanya peristiwa itu, Pengamat Pendidikan dari Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Donnie Koesoemaa mengaku sangat prihatin. “Segala hal yang dilakukan guru itu jelas tidak sesuai dengan norma dan etika pendidikan,” ungkap Donnie kepada Republika.co.id, Rabu (14/10).
Menurut Donnie, kejadian ini jelas telah mengkhawatirkan dunia pendidikan. Situasi ini juga menjadi peringatan bagi pemerintah dan sekolah untuk memperbaiki sistemnya. Ia juga menegaskan, kasus ini bukan berarti bahwa kompetensi guru di Indonesia kurang hanya karena ada beberapa guru yang melakukan kekerasan.
Donnie berpendapat, perekrutan guru terutama honorer oleh sekolah harusnya menjadi perhatian. Dengan kata lain, kualitas guru honorer tergantung dengan proses perekrutan sekolah. Seperti diketahui, siswa SMA di Ternate itu meninggal karena dipukul oleh guru honorer.
Meski dilakukan guru honorer, peristiwa ini juga harus menjadi perhatian guru lainnya. Menurut Donnie, kekerasan siswa oleh guru berkenaan dengan kemampuan dan nilai sosial sang guru. Ini berarti kemampuan dan nilai sosial guru harus menjadi penilaian sekolah. “Guru yang sakit sosialnya sebaiknya jangan mengajar dan menjadi pendidik nantinya,” tegas dia.
Menurut Donnie, kemampuan dan nilai sosial bisa diterapkan dengan mengambil laporan dari para siswa. Para siswa perlu menginformasikan sikap guru ketika mengajar. Kalau terdapat guru yang sering melakukan kekerasan, hal ini tentu menjadi peringatan bagi sekolah untuk menindaklanjuti guru itu.
Donnie juga mengatakan pemerintah melalui dinas pendidikan setempat juga perlu melakukan pendampingan terhadap sekolah-sekolah. Dengan kata lain, pengawasan dan pembimbingannya perlu ditingkatkan lagi. Sehingga, tindakan kekerasan siswa oleh guru tidak terulang kembali di masa mendatang.
Sebelumnya, anggota DPRD Kota Ternate, Yamin Rusly juga mengatakan, kejadian itu merupakan cermin atas kelalaian dari dinas pendidikan. "Dinas Pendidikan harus meningkatkan pengawasan terhadap sekolah," ucapnya.
Dinas Pendidikan juga telah lalai dalam memberikan pembinaan terhadap guru, terutama guru honorer. Hal ini dibuktikan dengan terungkapnya tersangka berinisial FS yang diketahui ternyata memang bersifat temperamental dan ringan tangan.