REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei nasional Poltracking Indonesia menyatakan, tingkat keterpilihan Presiden Joko Widodo menurun drastis jika saat ini terjadi pemilihan presiden. Survei ini dalam rangka mengevaluasi satu tahun pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda mengatakan, seandainya pilpres diadakan lagi pada hari ini dan hanya diikuti tiga kandidat, yaitu Joko Widodo, Prabowo Subianto, dan Susilo Bambang Yudhoyono, maka Prabowo yang paling populer dan terpilih.
"Perolehan suaranya berturut adalah Prabowo Subianto 33,05 persen, Joko Widodo 31,37 persen, Susilo Bambang Yudhoyono 15,58 persen, dan sebanyak 20 persen (tak menyatakan pendapatnya)," kata Hanta dalam Evaluasi Publik 1 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK meneropong Kinerja Menteri Kabinet Kerja di Hotel Sofyan Betawi, Jakarta Pusat, Selasa (20/10).
Kemudian, sambung Hanta, bila hanya diikuti dua kandidat Presiden, yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto, maka perolehan suaranya adalah Prabowo Subianto 42,74 persen, Joko Widodo 35,74 persen, dan sebanyak 21,52 persen tidak menyatakan pilihannya.
Berdasarkan temuan survei nasional Poltracking Indonesia dalam mengevaluasi satu tahun pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, mayoritas publik menilai, kondisi Indonesia kontemporer dianggap mengalami stagnasi. Khusus di bidang ekonomi, dinilai lebih buruk.
Sebagian besar publik beranggapan, masalah mahalnya harga-harga kebutuhan pokok sebesar 55,95 persen dan pengangguran sebesar 18,86 persen menjadi problem pokok yang tengah dihadapi.