Jumat 23 Oct 2015 07:49 WIB

Menkeu: Sulit Bangkitkan Indonesia Jadi 'Macan Asia'

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memberikan paparannya dalam Indonesia Economic Quarterly berjudul 'Di Tengah Volatilitas Dunia', di Energy Building, Jakarta, Kamis (22/10).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memberikan paparannya dalam Indonesia Economic Quarterly berjudul 'Di Tengah Volatilitas Dunia', di Energy Building, Jakarta, Kamis (22/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Membangkitkan kembali Indonesia sebagai 'Macan Asia' lewat perekonomiannya yang luar biasa seperti era 1980-1990an, disebut Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro bukanlah pekerjaan muda.

"Saat era 1980-an Indonesia disebut sebagai macan Asia. Saat ini untuk membangkitkan macan ini lagi, bukanlah pekerjaan yang mudah," kata Bambang usai menghadiri laporan perkembangan triwulan perekonomian Indonesia edisi Oktober 2015 oleh Bank Dunia di kawasan Sudirman, Jakarta, Kamis (22/10).

Tetapi, kata Bambang, meskipun bukan pekerjaan yang mudah, hal tersebut tidak berarti mustahil untuk dilakukan. Sebab, Indonesia sendiri sudah berbenah untuk menata perekonomiannya.

Penataan tersebut, antara lain adalah pembangunan proyek infrastruktur ekonomi yang didorong alokasi dana dari pemerintah yang sudah ditingkatkan dengan tujuan menaikkan daya saing Indonesia, khususnya di desa. "Saat ini kami naikkan transfer kita ke daerah dengan alokasi terbesar untuk infrastruktur karena memang pemerintah mendorong dibangunnya proyek-proyek untuk bisa mendorong daya saing Indonesia," kata Bambang.

Setiap desa itu menurut Bambang juga diharapkan memiliki tiga proyek infrastruktur bagi mereka sendiri. "Dengan begitu, bukan hanya mereka mendapat infrastruktur, tapi juga bisa bekerja di proyek itu," katanya.

Menurut Bambang guna mendukung pembangunan infrastruktur tersebut, pemerintah mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk ikut serta dengan menggunakan skema kemitraan pemerintah dan swasta atau Public-Private Partnership (PPP) untuk proyek yang 'bankable'.

"Penggunaan skema PPP tersebut, karena kami sadar pembangunan infrastruktur yang makin sering, tidak bisa menggunakan anggaran sendiri, namun butuh juga dana privat," katanya.

Bambang mengatakan pemerintah juga telah memahami bahwa tidak bisa bertahan pada ekspor bahan mentah namun harus pada yang berbasis produksi seperti usaha padat karya. Karenanya, pemerintah melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) mendorong sektor UKM dan produksi lainnya agar meningkatkan ekspor mereka.

"Kita tidak bisa hanya mengektraksi tapi memproduksi. Kita juga sudah lakukan era positif pada 1998 dengan industri padat karya seperti tekstil dan alas kaki, untuk lebih mendorongnya, kita tawarkan dana dengan melalui LPEI," ujarnya.

Dari pajak, Bambang mengatakan pihaknya telah melakukan reformasi perpajakan untuk meningkatkan kepatuhan pajak. Karena, ujar dia, meski penerimaan pajak belum optimal, masih ada potensi besar dari pajak.

Selain itu, Bambang melanjutkan untuk menata perekonomian Indonesia, pemerintah juga menyediakan paket stimulus demi mendorong konsumsi dengan mempercepat pelaksanaan transfer ke daerah.

"Kami luncurkan beberapa paket kebijakan untuk menangani ketidakpastian global dan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menjaga daya beli dan memberi insentif ke dunia usaha. Kami harap kita semua bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang seimbang," ucapnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement