REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Saksi ahli Dr Kunihiko Koike mengatakan kebakaran yang terjadi di pabrik PT Mandom Indonesia di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, 10 Juli 2015, tidak mungkin disebabkan oleh kebocoranpada flexible tube.
“Kebakaran yang terjadi pada tanggal 10 Juli 2015 di pabrik PT Mandom Indonesia di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat tidak mungkin disebabkan oleh kebocoranpada flexible tube,” demikian kesaksian yang diberikan oleh Dr Kunihiko Koike kepada Polda Metro Jaya, Jumat (23/10).
Dalam siaran pers Advokat dan Kuasa Hukum PT Iwatani Industrial Gas Indonesia yang dipimpin TM Luthfi Yazid SH,LLM, Sabtu (24/10), ahli ilmu fisika terapan dan ahli ilmu kimia terapan itu menjelaskan empat alasan.
Pertama, kata Koike,menurut database dari The High Pressure Gas Safety Institute of Japan – lembaga resmi pemerintah Jepang di bawah naungan KementerianPerekonomian dan Perindustrian --, selama kurun waktu 50 tahun terakhir (1965-2014), belum pernah ada laporan tentang insiden kebocoran LPG ataupun insiden ledakan yang disebabkan oleh flexible tube.
Kedua, Koike menambahkan, hasil investigasi menunjukkan bahwa pada bagian dalam flexible tube digunakan bahan resin, dan resin tersebut adalah PTFE (Polytetrafluoroethylene) yang sangat stabil terhadap LPG. Hasil pemeriksaan terhadap permukaan PTFE dengan menggunakan mikroskop menunjukkan bahwa tidak terdapat lubang kecil maupun keretakan.
Flexible tube tersebut tidak kalah baik kualitasnya dibandingkan dengan flexible tube yang diproduksi oleh perusahaan terkemuka di Jepang. “Selain itu, juga telah dilakukan uji kebocoran dengan memasukkan gas nitrogen dengan besaran tekanan yang sama dengan besaran tekanan pada saat pabrik beroperasi, yaitu 1,5MPa, dan telah dipastikan bahwa tidak ada kebocoran,” papar Koike.
Ketiga, kata Koike, telah dilakukan eksperimen untuk verifikasi bahwa di bawah tekanan dalam kondisi penggunaan yang normal, flexible tube tidak akan patah. Spec dari produsen mengenai batas minimum tekanan yang akan menyebabkan flexible tube patah adalah 34,5MPa untuk flexible tube dengan diameter ¾ inch, dan 20,7MPa untuk flexible tube dengan diameter 1 inch.
“Sedangkan eksperimen dengan tekanan air menunjukkan, bahwa untuk mencapai titik patah, untuk flexible tube dengan diameter ¾ inch diperlukan tekanan 43MPa, sedangkan untuk flexible tube dengan diameter 1 inch adalah 36MPa,” tuturnya.
Terbukti, kata Koike, bahwa flexible tube hanya akan patah jika berada pada tekanan tinggi yang ekstrem. Dalam kondisi normal pada penggunaan di pabrik, tekanan hanya mencapai 1,5MPa, sehingga tidak mungkin menyebabkan flexible tube patah.