Rabu 28 Oct 2015 16:55 WIB

Bakamla Monitor Pergerakan Kapal Pengangkut Limbah Nuklir

MV BBC Shanghai
MV BBC Shanghai

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Keamanan Laut (Bakamla) tengah konsentrasi untuk memonitor pergerakan Kapal MV Island Trader yang dicurigai membawa limbah nuklir dari Perancis menuju Australia sebanyak 25 ton.

"Kami terus memantau pergerakan kapal yang membawa limbah membahayakan tersebut," kata Kepala Kantor Pengelolaan Informasi Marabahaya Laut (KPIML) Bakamla, Kolonel Maritim Arief Meidyanto, di Pusat Komando Pengendali (Puskodal) Bakamla, Jakarta, Rabu.

KPIML Bakamla yang bersinergitas dengan 14 SPK dan dua pengelolaan Stasium Bumi Bakamla bertugas memantau pergerakan setiap kapal yang berada ataupun melintasi perairan Indonesia. "Khususnya, kapal yang dicurigai akan melakukan pelanggaran laut," kata Arief.

Plt Karo Humas Bakamla, Laksamana Pertama Maritim Widodo Eko Prihastopo, menjelaskan, kapal BBC Shanghai yang berganti nama menjadi kapal MV Island Trader bertolak dari Singapura menuju Cherbourg di Prancis pada 24 Agustus 2015 lalu.

Namun, saat KPIML mendeteksi kapal tersebut pada 16 Oktober 2015, kapal MV Island Trader sudah berangkat dari Cherbourg dengan posisi di Samudera Atlantik (antara Portugal dan Maroko)."Diperkirakanakan sampai di Australia pada 27 November 2015," katanya.

Kapal itu diduga membawa 25 ton limbah nuklir dari reaktor nuklir Areva di Beaumont-Hague yang merupakan residu pengiriman bahan nuklir Australia pada tahun 1999-2000 untuk kepentingan ekonomi Australia.

"Kapal MV Island Trader merupakan kapal yang tidak memenuhi syarat dan tidak layak untuk membahwa limbah nuklir yang disertai dengan tidak adanya pengawasan serius terhadap muatan yang dibawa," kata Widodo.

Bakamla melalui KPIML dengan serous memonitor pergerakan kapal tersebut untuk memastikan bahwa kapal MV Island Trader dipantau perjalannya oleh Indonesia melalui KPIML Bakamla RI, sehingga diharapkan tidak membuang limbah di wilayah perairan Indonesia.

"Ini untuk memastikan bahwa muatan limbah nuklir yang seberat 25 ton tidak berubah saat sampai di Australia Selatan serta mewaspadai adanya kebocoran ataupun kesengajaan limbah nuklir dibuang di wilayah laut Indonesia," ucapnya.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement