REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik LIPI, Siti Zuhro menilai langkah pertemuan Silahturahmi Nasional Partai Golkar merupakan langkah baik untuk menuju Golkar yang solid. Silatnas ini bisa saja disebut sebagai langkah awal rekonsiliasi bagi pihak yang bertikai di Golkar.
Siti menilai partai sebesar dan setua Golkar memang tak ada pilihan lain lagi selain bersatu. Karena perpecahan dan tarik menarik antar kubu Ical dan kubu Agung merupakan citra buruk bagi partai yang sudah berdiri lebih dari 50 tahun ini.
"Meski memang amat sangat terlambat untuk bersatu, tetapi langkah ini memang yang paling baik. Agar tak terjadi perpecahan yang malah memerburuk citra Golkar," ujar Siti saat dihubungi Republika, Ahad (1/11).
Siti mengatakan rekonsiliasi sangat berdampak bagi agenda politik kedepan. Pertama, kesolidan partai bisa membuat lega para kader dibawah sehingga mereka juga jauh lebih siap menghadapi Pilkada. Kedua, menjelang 2019 mendatang, kesolidan Golkar menjadi jaminan agar kedepannya bisa ikut maju dalam kancah pemilihan presiden.
Siti menambahkan, Golkar sebagai partai yang besar mestinya berkaca pada sejarah. Tidak ada kata lain bagi sebuah partai selain solid. Apalagi, dalam proses demokrasi, Partai sekuat dan setua Golkar harusnya menjadi poros dan kekuatan dalam kontes demokrasi.
Sebelumnya, pasca putusan MA atas konflik Kubu Ical dan SK Kemenkumham yang mengesahkan kepengurusan Agung Laksono menuai beberapa konsep rekonsiliasi. Apalagi, sosok Jusuf Kalla yang terjun langsung untuk membuat kedua kubu kembali menjadi satu.
Ahad (1/11) malam nanti, kedua kubu akan bertemu di Silahturahmi Nasional Golkar yang bertempat di DPP Partai Golkar. Rencananya, baik Agung Laksono maupun Aburizal Bakrie akan datang. Selain itu, sosok JK dan Menkopolhukam Luhut Panjaitan juga akan mendatangi Silatnas ini.