REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Teror Paris yang mengundang banyak simpati negara-negara Barat dan masyarakat dunia internasional dinilai Muhammadiyah masih terukur dan tidak berlebihan. Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'thi mengatakan Teror Paris yang mendapat respons cepat masyarakat internasional menunjukkan solidaritas kemanusiaan universal.
Terutama ketika dunia saat ini semakin sadar kelompok radikal yang mengatasnamakan agama harus dilawan secara bersama. "Kita tidak boleh menunjukkan rasa simpati kemanusiaan hanya kepada satu kelompok dan membiarkan ketidakadilan pada kelompok lain," katanya kepada Republika.co.id, Senin (16/11). (Baca Juga: Muslim Paris Khawatir Jadi Sasaran Balas Dendam Pascaserangan).
Ia menegaskan kejahatan yang dilakukan oleh siapapun kepada kelompok manapun, Islam atau non Islam adalah perbuatan keji yang bertentangan dengan ajaran Islam. Jadi tidak benar bila respons Teros Paris melebihi perhatian kita terhadap kekerasan dan teror di negara-negara Muslim dan Timur Tengah.
Diakuinya respons akan teror dan kekerasan terhadap Muslim dunia di Timur Tengah, seolah gemanya kurang dirasakan di dunia internasional. Walaupun berbagai aksi telah dilakukan negara-negara Muslim, mulai dari demontrasi, long march, doa bersama, mengumpulkan dana hingga mengirim relawan. Tapi tetap saja tidak cukup gemanya.
Hal itu, menurut Mu'thi tidak lepas karena seringnya terjadi kekerasan hingga pembunuhan di negara-negara Muslim. "Sehingga media internasional menanggapi hal itu biasa-biasa saja," terangnya.
Bahkan masyarakat global menilai, kejahatan itu dilakukan sendiri oleh sesama muslim.
"Lihat bagaimana dunia dan kita merespons serangan Arab Saudi terhadap Houthi di Yaman, Basyar Asad menyerang kelompok pejuang oposisi, atau kekerasan di Mesir antara pendukung Ikhwanul Musiman dan kontra Mursi. Itu semua bahkan menimbulkan pandangan apatis bagi kalangan Muslim sendiri, melihat fakta yang terjadi dengan sesama Muslim," ujarnya.