REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes), Nila Moeloek melaporkan data terbaru terkait kematian anak-anak dan orang dewasa yang didapat dari tim gabungan yang dikirim ke Distrik Mbuwa, Kabupaten Nduga, Papua.
"Dari desa-desa yang cukup jauh ada 38 yang meninggal, 35 anak-anak dan 3 orang dewasa, " kata Nila di Gedung Adhyatma, Kementerian Kesehatan, Jakarta, Jumat (11/12).
Nila mengatakan, data tersebut hanya didapatkan dari mulut ke mulut, karena anak-anak dan orang dewasa yang meninggal di desa tersebut setelah meninggal dibakar. "Karena mereka itu kalau meninggal dibakar, jadi kita mencari dari mulut ke mulut menanyakan," ujarnya.
Menurut Nila, tim gabungan yang dikirim tersebut kini sudah pulang ke Jakarta. Namun, kata dia, di sana masih ada kepada Dinas kesehatan dan tenaga kesehatan untuk memantau situasi kesehatan di lokasi.
Nila melanjutkan, kematian yang didominasi anak-anak tersebut karena demam, sesak nafas, dan batuk. "Saya kira Kalau dilihat dari lingkungannya memang bisa akan terjadi demikian, karena mereka tinggal di rumah moneks, tidak ada pintu dan jendela, serta udara sangat dingin pada malam hari," katanya.
Dengan kondisi seperti itu, menurut Nila, anak-anak kecil tersebut tentu tidak akan tahan, sehingga mereka menderita penyakit hipatetis. Bahkan, kata dia, air di sebuah desa yang berada di bawah lembah Liem juga sangat buruk, karena mereka tidak mempunyai informasi untuk memasak air yang tepat.
"Kami membawa imunisasi dan membawa makanan tambahan ke sana. Dan mulai berpikir bagaimana caranya untuk menjangkau daerah-daerah yang begitu sulit, ini berada di bawah Lembah Baliem, di bawahnya lagi, desanya di sana," ujarnya.
Menurut Nila, anak-anak tersebut terjangkit penyakit infeksi paru-paru. Kata dia, penyakit ini berawal dari flu, kemudian batuk-batuk dan tidak sembuh-sembuh, sehingga seluruh paru-parunya terinfeksi. Apalagi menurut dia, jika kumannya berbahaya akan sulit untuk merawatnya.
"Kami mencoba dengan mencegah, ini sebagai pelajaran bahwa kita seharusnya melihat daerah seperti itu memakai Fly Healthcare. Jadi dulu pernah ada, tapi sempat diberhentikan karena mungkin dana dan sebagainya. Saya kira ini harus diangkat lagi, dan yang saya tahu ini akan dimasukkan pada APBN 2016," kata Nila.