REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar hasil Munas Bali, Akbar Tandjung, mengkhawatirkan kekalahan Golkar pada 2017. Konflik yang berkepanjangan akan membuat partai berlambang beringin itu akan kembali banyak mengalami kekalahan di Pilkada Serentak 2017.
Akbar mengatakan perpecahan Partai Golkar membuat mereka tidak bisa optimal dalam konsolidasi Pilkada Serentak 2015 lalu. Adanya dua kubu Partai Golkar membuat calon yang diusung harus merupakan kesepakatan antara kubu Aburizal Bakrie dan Agung Laksono. "Sehingga dari sekitar 240-an pilkada serentak yang diselenggarakan, Golkar hanya bisa mencalonkan 120-an saja," kata Akbar kepada republika.co.id, Senin (4/12). Dari jumlah ini, calon yang diusung Partai Golkar yang memenangi pilkada hanya sekitar 40-an.
Kondisi ini membuat Akbar khawatir. Jika tidak segera dilakukan Munas Luar Biasa (Munaslub), maka Partai Golkar akan kembali terpuruk di Pilkada Serentak 2017, yang akan diselenggarakan awal 2017.
Dijelaskan untuk bisa memenangi pilkada serentak, Partai Golkar harus segera melakukan konsolidasi setidaknya delapan bulan sebelum penyelengaraan pilkada serentak. Itu berarti konflik Partai Golkar sudah harus selesai pada April 2016. Sehingga dengan selesainya konflik maka Partai Golkar sudah bisa melakukan konsolidasi, dan tidak kesulitan mengusung pasangan calon di pilkada.
Yang menjadi persoalan, menurut Akbar, kalau tidak dilakukan Munaslub Partai Golkar maka konsolidasi Golkar harus menunggu putusan Mahkamah Agung (MA). "Itu akan sangat lama. Saya dengar majelis hakimnya saja belum dibentuk," ungkap politikus penyelamat Golkar di masa keruntuhan orde baru tersebut.
Dengan kondisi seperti itu, menurut Akbar, jalan yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan Partai Golkar adalah menyelenggarakan Munaslub. Sehingga konflik Partai Golkar akan bisa segera terselesaikan.