REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangerang, Banten, diminta untuk membuka ruang berkomunikasi dengan masyarakat dalam menangkap masalah publik.
Wakil Wali Kota Tangerang, Sachrudin di Tangerang, Kamis (7/1), mengatakan, banyak ragam persoalan keagamaan yang cukup menyita waktu, perhatian serta tenaga yang tidak kecil. Itu semua tidak bisa diselesaikan hanya oleh pemerintah. Menurutnya, dibutuhkan kerja sama serta dukungan dan peran serta alim ulama.
MUI Kota Tangerang pun diminta membuka ruang bahasan untuk menangkap serta merespons persoalan-persoalan aktual masyarakat."Program-program kerja MUI ke depan harus menjangkau seluruh komponen masyarakat serta mengakomodasi hal-hal baru yang tumbuh dan berkembang," katanya.
Dijelaskannya, sinergitas antara ulama dan umara harus tetap terjalin mengingat makin kompleksnya persoalan yang dihadapi masyarakat.Wakil Wali Kota juga mengingatkan akan tantangan dakwah ke depan yang semakin kompleks. Pembinaan umat menjadi tantangan tersendiri di era globalisasi. Apalagi perkembangan dunia teknologi informasi yang membuat dunia jadi makin tanpa batas.
"Makanya dibutuhkan kreativitas dalam berdakwah dari para alim sesuai dengan tantangan jaman yang ada," kata dia.
Wakil Walikota juga mengharapkan dukungan dari para ulama di Kota Tangerang dalam mewujudkan Kota Tangerang sebagai Kota Akhlakhul Karimah. Visi ini dielaborasikan melalui berbagai program seperti Program Tangerang Bersih, Program Tangerang Cerdas, Tangerang Terang dan Program lain yang langsung dirasakan oleh warga masyarakatnya.
"Nilai-nilai Akhlakul Karimah telah menjadi nafas pembangunan di Kota Tangerang. Itu memerlukan peran serta semua pihak terutama ulama," ujarnya. KH Edi Junaedi Nawawi yang terpilih kembali sebagai ketua MUI periode 2015-2020 mengatakan akan lebih aktif dalam merespon dan turun ke lapangan untuk mengatasi permasalahan di masyarakat.