REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) kerap disebut-sebut sebagai organisasi yang diikuti oleh beberapa pegawai negeri sipil (PNS) yang hilang di beberapa daerah. Tidak kurang, Bupati Budi Wibowo menyebutkan, berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kesbangpolinmas, kedua PNS tersebut diduga bergabung dalam ormas Gafatar.
''Awalnya kita menduga ada kaitannya dengan gerakan radikal ISIS. Namun, kemudian ada informasi mereka ikut Gafatar,'' katanya menjelaskan, Kamis (7/1). (Baca: Dua PNS yang Hilang Diduga Masuk Gafatar).
Lewat situs resminya yang beralamat di gafatar.org, ormas ini menjelaskan dasar pemikiran pendirian organisasi tersebut. "Patut digaris bawahi, Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) didirikan bukan atas dasar kepentingan kelompok, golongan, aliran, suku, agama, kepercayaan atau ras manapun,"ungkap artikel yang di dalam keterangannya ditulis Zulfahmi itu.
Gafatar pun mengklaim, sebagai gerakan untuk melakukan reinterpretasi dan reaktualisasi nilai Pancasila.
"Kami, Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR), berpendapat bahwa saat ini, kita perlu melakukan gerakan reinterpretasi dan reaktualisasi nilai-nilai luhur Pancasila dalam memperkuat kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama dalam rangka menghadapi berbagai permasalahan bangsa menuju fajar kebangkitan dan kejayaan Nusantara di masa datang. Gerakan ini semakin niscaya dalam rangka upaya memperkuat paham kebangsaan kita dan sekaligus memberi solusi atas sebuah ketidakpastian, ke mana biduk peradaban bangsa ini akan berlayar di tengah lautan dunia yang penuh tantangan dan multikrisis."
Gafatar juga mendeklarasikan diri sebagai ormas yang bertekad untuk memperjuangkan Keadilan, Kemakmuran, dan Kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia menuju tatanan kehidupan damai sejahtera, dengan jalan mengembalikan jati diri dan nilai-nilai luhur bangsa, serta mengangkat harkat, martabat dan kejayaan Nusantara di tengah-tengah percaturan dunia.