REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Laboratarium dan Forensic (Labfor) Mabes Polri, masih memeriksa sejumlah barang bukti terkait meinggalnya Wayan Mirna Salihin (27), Rabu (6/1).
Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Anton Charliyan mengatakan zat beracun yang terdapat di tubuh Mirna belum tentu racun sianida, dan bisa saja menentukan zat lainnya. Sedangkan barang bukti yang diperiksa adalah kopi, air, sedotan dan ludah. Dia mengaku dirinya tidak dapat menyebutkan berapa banyaknya.
"Namun dari beberapa sampel kita juga ambil. Dari muntahannya kalau ada, dan berbagai macam," ujar Anton, Selasa (12/1).
Untuk sianida itu, sebenarnya racun tikus untuk membasmi hama. Biasanya dijual di apotik, namun harus melalui surat dokter. Tetapi masih dapat didapatkan, seperti misalkan mereka yang berprofesi sebagai petani.
Sementara itu, untuk memeriksa keefektivan untuk membunuh dengan sianida belum dikaji. Seperti arsenik, harus bertanya ke ahli racun. Untuk racun di tubuh korban, berapa kadarnya belum dan jenisnya belum dapat diumumkan oleh pihak kepolisian.
Pihak kepolisian harus memeriksa secara mendetail, terkait pemeriksaan barang bukti autopsi. Seperti misalkan kasus Muni, berapa lama yang dibutuhkan untuk membuat seseorang tewas setelah mengkonsumsi sianida.
"Misalkan Munir, 200 cc sementara di dalamnya ada 1200 cc overdosis, masih kita belum dapat kita umumkan karena sifatnya masih generaln," kata dia.
Dalam kasus Munir sendiri, dibutuhkan waktu tiga bulan untuk mengetahui secara mendetail dan itu diperiksa di Belanda. Jadi pihak mabes Polri, tidak dapat mengatakan secara mendetail terlebih dahulu. "Baru berapa hari tidak bisa langsung, untuk mendetail perlu proses," kata dia.
Sebelumnya Wayan Mirna Salimin meninggal dunia setelah meminum kopi Es Vietnamens di Restauran Olivia di West Mall Grand Indonesia Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (6/1). Namun setelah meminum cofe tersebut, tiba-tiba Mirna merasakan kejang-kejang.
Kemudian dirinya dibawa ke Klinik terdekat, setelah itu Dokter di Klinik menyarankan Wayan dibawa ke Rumah Sakit (RS) Abdi Waluyo di hari yang sama. Namun dia meninggal dunia, di sana. Setelah itu, korban dibawa ke rumah duka Dharmais, Jakarta Barat.
Beberapa karangan bunga dan kerabat korban berdatangan untuk berbelasungkawa. Setidaknya jenazah Mirna berada di sana dari tanggal 6-10 Januari 2016.