REPUBLIKA.CO.ID, DAVOS -- Timbunan sampah plastik di lautan akan menjadi ancaman yang membahayakan bagi ekosistem laut. Penelitian mengungkapkan pada 2050 diperkirakan jumlah sampah plastik lebih banyak dari ikan bila tidak ada tindakan tegas pencegahan pembuangan sampah dan daur ulang secara besar-besaran.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Yayasan Ellen MacArthur mengungkapkan 95 persen dari kemasan plastik senilai 80 hingga 120 juta dolar AS hanya menjadi sampah yang tidak bisa didaur ulang di alam, terutama lautan.
Setidaknya delapan juga ton plastik akan hanyut ke laut setiap tahunnya, sama dengan satu truk sampah setiap menit, kata laporan yayasan yang bergerak di bisnis dan lingkungan ini. Aktivis lingkungan Ellen MacArthur memperkirakan jika tidak ada tindakan besar yang diambil, diperkirakan jumlah ini akan meningkat dua kali lipat setiap menit pada 2030.
Jumlah ini akan bertambah empat kali lipat per menit pada 2050. Saat ini diperkirakan terdapat 150 juta ton plastik di seluruh lautan. "Bila ini dibiarkan diperkirakan satu ton plastik setiap tiga ton ikan pada 2025, dan akan lebih banyak sampah dibandingkan ikan pada 2050," ungkapnya dilansir dari AFP, Selasa (19/1).
Direktur Senior dan Kepala Inisiatif Lingkungan dari Forum Ekonomi Dunia di Davos, Dominic Waughray menegaskan perlunya sebuah revolusi dalam industri plastik demi memperbaiki ekosistem alam dan lautan.
"Perlunya mengubah wawasan plastik dalam bisnis berskala besar yang melibatkan banyak pihak. Masyarakat, sektor swasta dan masyarakat sipil semua perlu dimobilisasi melakukan kebijakan baru terhadap kemasan plastik ini," katanya.
Perubahan cara penggunaan kemasan plastik, membutuhkan kerja sama seluruh dunia. Terutama antara perusahaan barang konsumsi, produsen kemasan plastik, bisnis pengepul kemasan plastik, manajemen perkotaan dan organisasi pemerintah pembuat kebijakan.