REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ratusan mantan anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang dipulangkan dari Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, telah tiba di Surabaya, pada Sabtu (23/1) pagi.
Banyak cerita yang dibawa mantan anggota Gafatar, salah satunyan bagaimana mereka bisa mempunyai lahan di Mempawah.
Wahyu (31 tahun), salah satu eks Gafatar asal Surabaya mengatakan, ada seorang pengusaha besar di Indonesia yang membiayai kehidupan mereka. Meski demikian, Wahyu enggan menyebut nama pengusaha tersebut.
"Jadi bapak itu beli semua lahan gambut yang ada di Mempawah, mungkin miliaran. Lahan itu dikasihkan ke warga cuma-cuma untuk dikelola," jelasnya pada Republika.co.id di tempat penampungan eks Gafatar di Wisma Transito Dinas Transmigrasi dan Kependudukan (Disnakertransduk) Jawa Timur, Sabtu (23/1).
Dalam mengelola lahan, kata dia, warga diberi modal bibit tanaman. Mereka pun diajarkan untuk mengelola lahan pertanian mereka. Setelah panen, nantinya warga akan mengambil sebagian hasil pertanian tersebut untuk dikonsumsi sehari-hari.
Sementara sebagian lagi akan dijual ke pasar atau pemukiman lain di luar Mempawah. Hasil dari penjualan itu lantas akan dibagi dua. Setengah bagi warga yang mengelola, sisanya untuk pengusaha yang memberikan modal.
"Bapaknya (Pengusaha) itu juga nggak jadi mandor. Tapi dia juga ikut turun, mencangkul. Pokoknya kita kekeluargaan semuanya, hasilnya dibagi rata," katanya.
Untuk diketahui sebanyak 389 eks Gafatar asal Jawa Timur diterbangkan dari Pontianak menggunakan dua pesawat Lion Air JT JT 2837 dan JT 3837. Mereka tiba di Bandara Juanda Surabaya pada Sabtu (23/1) pagi.