REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Sekitar 50 persen dari ratusan pengungsi mantan anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang dipulangkan melalui Semarang mengalami tekanan psikologis.
"Hasil observasi yang kami lakukan, banyak yang mengalami tekanan psikologis," kata Kepala Bagian Psikologi Biro Sumber Daya Manusia Polda Jawa Tengah AKBP Agus Yulianto, Rabu (27/1).
Menurut dia, Polda Jateng mengerahkan setidaknya sembilan personel untuk melakukan observasi dan memetakan terhadap kondisi kejiwaan pengungsi eks-anggota Gafatar, baik dewasa maupun anak-anak.
Observasi itu, kata dia, dilakukan terhadap para pengungsi gelombang pertama eks-anggota Gafatar berjumlah 359 orang yang juga dipulangkan melalui Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Senin (25/1).
"Tekanan ini disebabkan kondisi yang mereka alami ketika di Kalimantan, seperti rumah dan harta yang dibakar, berpindah-pindah tempat tinggal, dan kondisi perjalanan," katanya.
Pengangkutan para pengungsi menggunakan kapal, kata dia, memakan waktu yang cukup lama, belum lagi kebingungan yang dihadapi sepulangnya mereka nanti kembali ke kampung halaman.
"Mereka (pengungsi) kan sudah tidak punya apa-apa lagi di kampung halaman, kemudian kekhawatiran jika nantinya tidak diterima oleh keluarga atau masyarakat sekitar," katanya.
Agus mengatakan pengungsi yang mengalami tekanan psikologis menunjukkan tanda-tanda, di antaranya sering termenung, terlihat cemas, dan ada yang sampai mengalami trauma atau ketakutan.
"Ada yang sekarang ini ketakutan jika melihat api. Begitu melihat api, ketakutan. Mereka mungkin mengalami dan melihat sendiri ketika rumah mereka di Kalimantan dibakar massa," katanya.