REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak pengalaman menarik dari seorang kolektor kain. Bagaimana ia mendapatkan kain langka, kain termahal bahkan sampai kain yang paling murah sekalipun.
Sjamsidar Isa, sang kolekstor kain Nusantara mengatakan, dua tahun yang lalu, ia ingin sekali membeli kain double ikat dari Tenganan, Bali. Menurut dia untuk mendapatkannya ada pengalaman seru. Dia datang ke lokasi dan menemukan kain yang susah sekali mencarinya dimana-mana. Bahkan untuk mendapatkannya ia harus mencatut nama kawannya salah seorang pegawai di Kementerian Perindustrian.
Usahanya pun berakhir manis dan bahkan dia memperoleh dua kain sekaligus. Hanya saja uangnya tidak cukup kala itu. harga satu kain adalah Rp 1 juta. Ia kemudian hanya membbayar uang mukanya, kemudian sisanya dilunai setelah kembali ke Jakarta. Namun, karena takut ditukar ia tuliskan namanya diujung kain itu.
Ia sangat menyukai kain tersebut karena langka. Bahkan kabarnya, untuk membuat kain ini kapasnya dari Nusa Penida, Bali. Sedangkan bahan untuk pewarnaannya memakai darah manusia. Karena saat itu mereka di sana suka berperang. “Karena merahnya dalam sekali, saya tanya mereka disitu, tapi mereka bilang, kalau ini darah orang, habis dong orang Tenganan,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta beberapa waktu lalu.
Ketika kain sudah dilunasi, selembar kain unik itu tiba kepadanya. Sjamsidar mengatakan saat di Jakarta ada yang menawar kain itu Rp 5 juta per helai. “Saya tidak kasih karena dia akan jual ke museum Bussel di Swiss, musium itu terbanyak koleksinya untuk double ikat,” ujarnya.
Tahun lalu, dia mengatakan, juga pernah ditawari kain yang sangat bagus dan kainnya lebar. Sang pemilik kain ingin menjualnya karena utang neneknya yang sudah lama di rumah sakit. Sebetulnya, dia sangat ingin memiliki kain tersebut. Sayangnya harga kain itu terlalu mahal mencapai Rp 125 juta.