REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Kolombia melaporkan adanya peningkatan tajam kasus zika di negaranya. Hingga saat ini, dijumpai 31.555 kasus virus zika, sebanyak 5.013 di antaranya adalah wanita hamil.
Jumlah itu meningkat tajam sejak 28 Januari ketika Menteri Kesehatan Alejandro Gaviria baru mengestimasi sekitar 20 ribu kasus zika. Peningkatan tersebut membuat Kolombia menjadi negara kedua yang paling parah terpengaruh zika.
Pemerintah Kolombia mengatakan, dilansir Xinhuanet, menyatakan sebanyak 1,5 juta orang mungkin telah terinfeksi zika. Hal itu dikaitkan pula dengan meningkatnya kasus sindrom Guillain-Barre (GBS), kondisi langka yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sistem saraf.
Selasa pekan lalu, Kolombia melaporkan adanya 100 kasus GBS di mana seluruh pasiennya juga menderita zika. Tiga dari pasien tersebut meninggal karena infeksi virus zika dan enam kematian lain tengah dalam penyelidikan.
Sementara, dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan Jumat lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi bahwa 86 kasus GBS telah dilaporkan di Kolombia sejak pertengahan Desember 2015 hingga awal Februari 2016. Sebanyak 94,8 persen dari 58 kasus yang diteliti melibatkan pasien yang berusia di atas 18 tahun.
WHO menyebutkan bahwa kasus GBS telah meningkat di Brasil, El Salvador, Suriname, dan Venezuela, sedangkan zika telah menyebar ke 34 negara. Organisasi di bawah naungan PBB itu belum dapat memastikan apa penyebabnya, selain fakta bahwa kasus demam berdarah, chikungunya, dan virus zika telah beredar secara bersamaan di Amerika.
Terkini, WHO dan para ilmuwan di seluruh dunia masih berupaya membuktikan hubungan antara zika dan GBS serta mikrosefalia (kelainan pada bayi baru lahir yang kini juga mengemuka). Jika berhasil, temuan yang ada akan mampu menjelaskan kepanikan yang disebabkan oleh zika.