REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di kawasan Kalijodo, ada dua etnis besar yang mendominasi. Selain jumlahnya yang melebihi kelompok masyarakat lain, mereka juga memiliki pengaruh yang luas.
“Mereka adalah kelompok masyarakat Sulawesi Selatan. Namun, masyarakat ini terbagi lagi dalam dua kelompok, yaitu suku Mandar dan Bugis Makassar.” Tulis Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti dalam buku Geger Kalijodo, yang dikutip Republika.co.id, Rabu (17/2).
Dalam buku tersebut Krisna menjelaskan walaupun sama-sama dari Makassar kedua kelompok mempunyai latar belakang kultural yang berbeda. Mereka mempunyai kepercayaan dan keyakinan agama serta politik yang tak seragam. Perbedaan ini tampaknya tidak terlepas dari ikatan kekerabatan dan kelompok keluarga masing-masing.
Krisna menjelaskan perbedaan sosio-kultural ini ternyata mereka bawa juga, ketika mereka berada di satu tempat yang jauh dari asal lingkungan hidup mereka, di perantauan. Seperti juga para perantau dari daerah lain, Jakarta menjadi tempat hidup mereka yang kedua, setelah tanah kelahiran.
Sayangnya, tambah Krisna, dua kelompok masyarakat Makassar dan Mandar, yang hidup di kawasan Kalijodo, dalam sejarahnya memiliki akar konflik yang panjang. "Walaupun di tempat asalnya, seperti diceritakan oleh tokoh-tokoh masyarakat Sulawesi Selatan yang saya temui, mereka mengatakan, di Sulawesi hampir tak pernah terjadi konflik antara kelompok masyarakat Bugis Makassar dengan suku Mandar."
“Rupanya, persaingan hidup, untuk dapat eksis di tempat perantauan seringkali melupakan tata aturan. Kedua kelompok ini harus bersaing untuk memperebutkan sumber daya kehidupan," tulis Krisna dalam buku yang merupakan hasil penelitiannya selama menjabat sebagai Kapolsek Metro Penjaringan.