REPUBLIKA.CO.ID, BEOGRAD -- Dua pegawai Kedutaan Serbia untuk Libya yang disandera ISIS tewas dalam serangan udara Amerika. Perdana Menteri Serbia Aleksandar Vucic mengatakan tidak ada keraguan Sladjana Stankovic seorang petugas komunikasi dan Jovica Stepic, sopir, tewas dalam serang yang dilakukan pada Jumat dini hari tersebut.
Mereka diculik oleh militan ISIS pada November lalu saat sedang konvoi diplomatik di Kota Libya, pesisir Sabratha. Mereka ditahan disebuah bangunan di luar kota. Bangunan tersebut menjadi target Amerika yang menargetkan pasukan senior ISIS yang melakukan pembom di Tunisia.
"Rupanya Amerika tidak menyadari ada warga asing yang disandera di sana," kata Vucic kepada wartawan, seperti dilansir Indepedent, Ahad (21/2).
Menteri Luar Negeri Serbia, Ivica Dacic mengatakan Pemerintah Serbia diberitahu oleh pejabat asing tentang kejadian ini namun tidak ada konfirmasi resmi dari Pemerintah Libya. "Kami mendapat informasi, termasuk foto yang menunjukkan hal ini kemungkinan besar memang benar terjadi," katanya.
Amerika Serikat mengirim pesawat tempur F-15E yang diyakini menewaskan 40 militan ISIS termusuk Noureddine Chouchanem yang bertanggung jawab atas serangan di sebuah hotel di Sousse, yang menewaskan 38 orang. Ia juga bertanggung jawab atas serangan ISIS di Museum Nasional Bardo di Tunisia, yang menewaskan 22 orang.
Dacic mengatakan Serbia telah tahu tentang keberadaan Stankovic dan Stepic dan sedang berusaha untuk memulangkan mereka. Dacic menambahkan tentara Libya juga sudah berencana untuk melakukan operasi pembebasan untuk mereka berdua.
"Saya percaya kamu sudah dekat dengan solusi untuk membebaskan mereka. Sayangnya sebagai konsekuensi dari serang terhadap ISIS di Libya mereka berdua kehilangan nyawa," tambah Dacic.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook