Kamis 28 Apr 2016 10:08 WIB

PBB Desak AS dan Rusia Turun Tangan Selesaikan Konflik Suriah

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ani Nursalikah
Utusan khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Suriah Staffan de Mistura berbicara kepada wartawan usai negosiasi antara pemerintah Suriah dan oposisi di Jenewa, Switzerland, Jumat, 29 Januari 2016.
Foto: Martial Trezzini/Keystone via AP
Utusan khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Suriah Staffan de Mistura berbicara kepada wartawan usai negosiasi antara pemerintah Suriah dan oposisi di Jenewa, Switzerland, Jumat, 29 Januari 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Utusan PBB untuk Suriah mendesak Amerika Serikat dan Rusia segera turun tangan di tingkat tertinggi untuk pembicaraan penyelamatan negara Timur Tengah itu. Berbicara setelah pertemuan Dewan Keamanan PBB tentang proses perdamaian yang goyah, Staffan de Mistura mengatakan gencatan senjata yang disepakati Februari lalu 'nyaris hidup'.

Kekerasan di Suriah telah meningkat dalam beberapa hari terakhir meskipun gencatan senjata diberlakukan. Setidaknya 20 warga sipil dilaporkan tewas dalam serangan di rumah sakit dan bangunan perumahan terdekat di Aleppo timur, Rabu (27/4).

Relawan pertahanan sipil yang dikenal sebagai White Helm mengatakan, korban tewas termasuk anak-anak dan satu-satunya dokter anak yang tersisa di daerah tersebut.

De Mistura menyerukan agar AS dan Rusia bekerja sama dalam mewujudkan keberhasilan proses perdamaian di Suriah yang nantinya menjadi warisan Presiden Barack Obama dan Presiden Vladimir Putin.

"Penghentian permusuhan yang didirikan pada Februari telah menyelamatkan dari kehancuran total tapi bisa runtuh setiap saat," ujar Mistura dilansir laman BBC News, Kamis (28/4). Ia menambahkan, selama 48 jam terakhir, rata-rata satu warga Suriah tewas setiap 25 menit dan satu terluka setiap 13 menit.

Delegasi oposisi utama yang dikenal sebagai Komite Negosiasi Tinggi (HNC), pekan lalu menangguhkan perannya dalam pembicaaan untuk memprotes dugaan pelanggaran gencatan senjata pemerintah dan penurunan bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah yang terkepung.

Ditanya apakah peran Presiden Bashar al-Assad dalam pemerintahan transisi telah dibahas pada babak baru perundingan, de Mitsura mengatakan, "Tidak ada nama, siapa melakukan apa tapi tentang bagaimana mengubah pemerintahan," katanya.

Akan ada satu atau dua putaran pembicaraan sebelum Juli, kata de Mitsura. Putaran terakhir telah dibayang oleh penurunan substansial dan mengkhawatirkan permusuhan.

"Kita tidak bisa mengabaikan itu dan kami belum mengabaikannya. "Tapi ada gerakan pada daerah-daerah tertentu di mana tidak ada sebelumnya," ujar dia. Ia menambahkan, masih ada perbedaan besar pada isu-isu utama.

Baca: Terulang Kembali, Balita Tembak Ibu Hingga Tewas

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement